PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris
:evaluation; yang dalam bahasa Arab
diistilahkan dengan taqyim atau taqwim yang
berasal dari kata al-Qimah yang
berarti nilai (value). Jadi, secara harfiah evaluasi pendidikan yang disebut taqwim al-tarbiyah, dapat diterjemahkan sebagai penilaian dalam
bidang kependidikan, atau penilian terhadap kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi dalam pendidikan Islam
merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik
berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh
aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spritual-religius peserta didik.
Karena sosok pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi
yang bersikap religius, tetapi juga memiliki ilmu dan keterampilan yang sanggup
beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat atas dasar sumber hukum Islam
yaitu Al-Qur’ana dan Hadist.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Evaluasi ?
2. Apa
saja ayat Al-qur’an dan Hadis tentang Evalusi?
3. Apa Fungsi dari Evaluasi?
4. Apa
prinsip dari evaluasi?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian dari evaluasi
2. Untuk
mengetahui dan memahami ayat dan hadis yang berkenaaan tentang evalusi
3. Untuk
mengetahui apa saja fungsi dari Evaluasi
4. Untuk
mengetahui apa saja prinsip dari evalusi
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Evaluasi Pendidikan Islam
Rangkaian
akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya Pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukan evaluasi terhadap out
put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah
digariskan dalam tujuan pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapat
dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka usaha pendidikan itu dinilai
gagal. Dari sisi ini dapat difahami betapa urgennya evaluasi dalam proses
kependidikan Islam.
Berdasarkan
uraian di atas, maka secara sederhana evalusi pendidikan Islam dapat diberi
batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan
dalam proses pendidikan Islam.[1]
Secara
Etimilogi, “Evaluasi” berasal dari kata “to
eveluate” yang berarti “menilai”. Istilah ini pada mulanya populer di
kalangan para filosof. Plato, salah seorang di antara para seorang kalangan
para filosof, dianggap banyak para pemikir pendidikan dewasa ini adalah orang
yang pertama sekali mengemukakan dan yang “membidani” lahirnya istilah evalusi.
Pada perkembangan selanjutnya istilah “evaluasi” mulai dipakai dalam berbagai
disiplin ilmu tak terkecuali ilmu pendidikan.
Edwind
Wand dan Berald W. Broen dalam karyanya “Essential of Education Evaluation”
mengatakan ahwa evaluasi adalah “ The act or proses to determining teh value
of something”. Bila pernyataan ini dihubungkan dengan evaluasi pendidikan
maka daapt diartikan dengan “Totalitas tindakan atau proses yang dilakukan
untuk menilai sesuatu yang berkaitan
dengan dunia pendidikan.[2]
Yang
di maksud evaluasi dalam Pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan
yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan
Islam itu sendiri.
Bahan
atau materi pembelajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa yang akan
digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran atau indikator keberhasilan
yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur ecaluasi harus
dilakukan serta bentuk-bentuk atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk
menilai hasil pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu kepada bahan dan
metode pembelajaran yang digunakan dan tujuan pembelajaran atau indikator
keberhasilan yang telah dirumuskan.
B. Sumber Hukum Al-Qur’an dan Hadis Tentang Evaluasi
Islam
dengan sumber ajaran dan Hadist yang diperkaya penafsiran para ulama ternyata
menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan. Dalam proses
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang
digunakan sebagai input untuk kegiatan perbaikan pendidikan.
Sistem
Evaluasi Tuhan di dalam Al-Qur;an adalah bersifat makro dan universal dengan
menggunakan teknik testing mental atau psikotes, sedangkan dalam sunnah nabi
Sistem eveluasi yang bersifat mikro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar
manusia termasuk nabi sendiri.
1.
Hadis Tentang
Evaluasi Pendidikan
Nabi
Muhammad SAW adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan. Beliau adalah contoh atau tauladan yang baik dalam dunia pendidikan
terutama dalam pendidikan Islam. Beliau juga melakukan pengevaluasian terhadap
hukum-hukum yang ditetapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti yang
terlihat pada hadist berikut ini:
Artinya;
“Dulu saya melarang kamu menziarahi kubur, maka sekarang ziaraihilah; dulu
saya juga melarang kamu menyimpan daging qurban lebih dari untuk tiga hari,
maka sekarang simpanlah beberapa kamu suka.” (H.R. Muslim)
Makna
yang terkandung dalam hadist ini adalah bahwa pada zaman jahiliyah, orang-orang
terutama kaum perempuan ketika berziarah ke kuburan selalu menangis berlebihan.
Bahkan mereka meratap, meraung-raung sambil berguling-guling di tanah. Hal ini
tentu merupakan sesuatu yang tidak baik, maka Rasulullah malarang untuk
menziarahi kuburan pada saat itu. Tetapi, setelah zaman jahiliyah usai, dimana
keimanan sudah kuat dan teguh maka
Rasulullah SAW mengizinkannya umai Islam untuk berziarah ke kuburan.
Rasulullah
juga melarang menyimpan daging qurban untuk persedian lebih dari tiga hari,
karena pada waktu itu ketika tamu-tamu dari tempat lain datang berkunjung pada Idul
Adha (saat itu merupakan tahun dimana banyak sekali orangp yang masuk islam dan
mereka berkunjung ke kota Madinah) konsumsinya diambil dari daging qurban
tersebut, maka jika tidak dibatasi umat islam akan mengambil daging sesuka
hatinya. Sehingga di khwatirkan kebutuhan konsumsi untuk tamu yang datang tidak
tercukupi. Tetapi setelah tamu yang datang tidak lagi banyak sebanyak
tahun-tahun sebelumnya, maka Rasulullah SAW mencabut larangan tersebut. [3]
Dalam
hal lain juga terjadi, ketika Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah untuk
menanyakan rukun Islam, rukun iman, dan Ikhsan yang kemudian dijawab oleh
Rasulullah dengan benar. Hal ini emnunjukkan bahwa Jibril pernah melakukan
evaluasi terhadap apa yang diajarkannya kepada Nabi Muhammad SAW, dan Beliau
beehasil menjawab evaluasi tersebut dengan nilai yang baik.
2.
Ayat Al-qur’an
Tentang Evaluasi
Al-quran,
sebagai dasar segala disiplin ilmu termasuk ilmu Pendidkan Islam. Hal ini dapat
ditemukan dari berbagai sistem evaluasi yang ditetapkan Allah di antaranya:
a. Evaluasi
untuk mengoreksi balasan amal perbuatan sebagaimana yang tersirat dalam ayat
yang berbunyi :
فمن يعمل مثقا ل ذرة خيرا يره
و من يعمل مثقا ل ذرة شرا ير ه
Artinya: “Barang siapa mengerjakan
kebaikan sebesar atompun, niscaya akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa
yang mengerkan kejahatan sebesar atompun niscaya akan melihat (balasan) nya. (Q.S.
Al-Zalzalah/99: 7-8)
b. Nabi
Sulaiman As. Pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan oleh seorang wanita cantik, yang
dikisahkan dalam ayat:
قا ل سننظر اصد قت ا م كنت من ا لكذ
بين
Artinya: “Sulaiman berkata: “ Akan kami cermati
(evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. (Q.S.
Al-Naml/27:27)
c. Sebagai
contoh ujian (tes) yang berat kepada Nabi Ibrahim As., Allah Memerintahkan
beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang amat dicintai. Tujuannya untuk
mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan serta ketaatannya kepada Allah, seperti
disebutkan di dalam fieman-Nya:
فلما ا سلما وتله للجبين
ونا د ينه ا يا بر هيم
قد صد قت ا لر ؤ يا ا نا كذ لك نجز ي
المحسنين
ا ن هذ ا لهو الباؤا البين
وفد ينه بز بع عظيم
Artinya: “Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim mebaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah
kesabaran keduanya). Dan kami panggilah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekeor sembelihan yang besar.” (Q.S.
Al- Shaffiat/38: 103-107)[4]
Allah
SWT dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an memberitahukan kepada
kita bahwa pekerjaan Evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu
tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh
pendidik. Hal ini, misalnya dapat dipahami dari arti ayat dibawah ini:
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama(benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya ke para melaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar,” mereka menjawab:
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana,” (Q.s al-Baqarah, 2:31-32)
Selanjutnya
Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita
cantik, yang dikisahkan dalam ayat Q.s Al-Naml, 27:27) “Berkata Sulaiman: “
akan kami liha (evaluasi) apakah kamu benar ataukah termasuk orang-orang yang
berdusta.”
C. Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pada
hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara
kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang
perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidika manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa fungsi pendidikan memiliki
sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara
dinamis, mulai dari kandungan samapai akhir hayatnya.
Secara
umum, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam di arahkan pada dua dimensi
yaitu diamensi dialektikal horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Pada
dimesi diatektikal horizontal pendidikan hendaiknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia
dan alam semesta. Untuk itu akumulasi berbagai pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental merupakan bekal utama dan hubungannya dengan pemahaman tentanng
kehidupan konkrit tersebut . sedangkan di dimensi kedua yaitu dimensi
ketundukan vertikal, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, memalihara dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya
menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan sang Pencipta, Allah
SWT.
Secara
khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk
mengetui kadar pemilikan dan pemahaman
peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif,
psikomotorif maupun afektik. Kemudian tujuan evaluasi dalam Pendidikan Islam
adaalh untuk manilai pendidik , yaitu sejauh mana ia telah besungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.[5]
Dalam
hal ini perlu dicatat bahwa sekurang-kurangnya ada 5(lima) fungsi evaluasi
dalam pendidikan yang secara keseluruhan
selalu berpusat pada kepentingan peserta didik, yaitu: (1)sebagai insentif
untuk meningkatkan belajar; (2) sebagai umpan balik bagi peserta didik; (3)
sebagai umpan balik bagi pendidik; (4) sebagai informasi bagi orang tua; dan
(5) sebagai informasi untuk keperluan seleksi, yang secara ringkas dapat
dijelaskan sebagi berikut:
1. Insentif
untuk meningkat belajar
Salah
satu fungsi evaluasi untuk mendorong persta didik untuk belajar secara giat.
Untuk hasil belajar yang bagu diberi nilai tinggi dan kalau mungkin
hadiah-hadiah. Bagi para peserta didik tingkat Sekolah Dasar hal ini penting
sekali karena atas dasar itu mereka dihargai oleh pendidik yang menjadi
orangtua mereka. Bagi peserta didik sekolah Lajutan, hal itu juga penting,
karena merupakan bekal untuk melanjutkan belajar ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi.
2. Umpan
Balik bagi Peserta Didik
Peserta
didik perlu mengetahui hasil jerih payahnya, hal ini dapat diperoleh melalui
hasil penilian. Dengan perkataan lain, penilian itu dapat memberikan umpan
balik kepada peserta didik, sehingga peserta didik selalu tahu kekuatan dan
kelemahannya. Dengan demkian penilaian tersebut dapat membantu peserta didik
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya ataupun potensi yang
ada padanya.
3. Umpan
balik bagi Pendidik
Pendidik
tidak dapat berharap bahwa proses pemelajaran yang dilaksanakannya sudah
efektif atau tidak, kalau dia tidak mengetahui apakah peserta didiknya telah
menangkap dan menyerap hal-hal yang penting dari bahan pelajaran yang
disajikannya. Dengan jalan mengajukan pertanyaa-pertanyaan secara lisan guru
dapat mengtahui seberapa jauh dan
seberapa baik peserta didik menagkap, memahami dan menyikapi pelajaran yang
disajikannya.
4. Informasi
bagi Orangtua/wali
Suatu
buku laporan kemajuan belajar, atau lazim disebut dengan buku “rapor” karena ia
“melaporkan” informasi ini menjadi penting karena dua alasan: (a) orangtua
dapat mengetahui kemajuan belajar putra-putrinya. (b) nilai dan
penilaian-penilaian yang lain dapat membantu orangtua untuk memberikan
informasi secara informatif.
5. Informasi
untuk Keperluan Seleksi
Apabila
digunakan pendekatan sosiologis terhadap evaluasi pendidikan akan terlihat
bahwa maksu dan tujuan pokok sekolah ialah mempersiapkan peserta didik untuk
mengaku peranan-peranan yang terdapat di tengah-tengah masyarakat guna
melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu kelak setelah selesai sekolah.[6]
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi ditekankan pada penguasaan sikap (afektik dan
psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan mengetahui
kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi empat hal, yaitu:
1.
Sikap dan
pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya
2.
Sikap dan
Pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat
3.
Sikap dan
pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya
4.
Sikap dan
pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarkat, serta
Khalifah Allah SWT
Seluruh
yang dipaparkan diatas dapat dicapai melalui pelaksanaan evaluasi yang mengacu
pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan sunnah. Sedangkan operasionalisasinya di
lapangan dapat saja dilakukan melalui berbagai bentuk evaluasi, test atau non
test, lisan atau tulisan, pre test atau test dan lain sebagainya.[7]
D. Prinsip Evaluasi dalam Pendidikan Islam
1.
Prinsip
Berkelanjutan
Prinsip
ini dimaksudkan, bahwa evaluasi tidak
hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan setahun, catur wulan
atauperbulan. Akan tetapi harus dilakukan saat dan setiap waktu; pada saat
membuka pelajaran, menyajikan pelajaran apalagi menutup pelajaran, ditambah
lagi pemberian tugas yang harus diselaesaikan peserta didik. Dengan evaluasi
secara kontiniu ini perkembangan anak didik dapat terkontrol dengan baik.
2.
Prinsip
Universal
Prinsip
ini maksudnya adalah, evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran
pendidikan; aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
3.
Prinsip
Keikhlasan
Dalam
segala hal, keikhlasan pendidik harus tercermin di segala aktivitasnya dalam
mendidik. Termasuk di antaranya dalam mengevaluasi pendidikan. Guru atau
pendidik yang ikhlas dalam mengevaluasi terlihat dari sikapnya yang transparan
dan obyektif. Pendidikan tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan
siswa, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak
merasa bahwa dia dipersulit oleh guru.
Dalam
buku lain, dijelaskan pula beberapa prinsip-prinsip Evaluasi, diantaranya
sebagai berikut:
1.
Evaluasi
hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Yaitu penilaian
yang meliputi aspek kognirif, afektif, dan psikomotorik
2.
Pemberian nilai
hendaknya merupakan bagian integral dai proses belajar-mengjar
3.
Penilaian
hendaknya bersifat kompararel artinya dapat dibandingkan antara satu tahap
penilaian dengan tahap penilaian lainnya.
4.
Sistem penilaian
yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri sehingga
tidak membingungkan.[8]
Prinsip-prinp tersebut sejalan dengan
ajaran Islam, karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran islam termasuk
kedalam akhlak yang mulia. Dalam ahklak yang mulia seseorang harus bersifat
obyektif, jujur mengatakan sesuatu dengan apa adanya.
Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur
tersebut, maka seseorang yang melakuakn penilaian harus benar-benar yakin
terhadap hasil penilaiannya. Ia tidak boleh manilai sesuatu yang belum
diketahui dengan pasti atau masih meragukan. Hal ini sejalan hadist Nabi yang
Artinya: “Tinggalkanlah apa yang Engkau ragu-ragukan kepada apa yang tidak
engkau ragu-ragukan. Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan dan
dusta itu menimbulkan keragu-raguan.(H.R.Turmudzi).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi dalam pendidikan Islam
merupakan tehnik atau cara penilaian terhadap tingkah laku peserta didik
berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh
aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spritual-religius peserta didik. Karena
sosok pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang
bersikap religius, tetapi jug memiliki ilmu dan keterampilan yang sanggup
beramal dan bernakti kepada Tuhan dan Masyarakat.
B.
Saran
Dalam mengambil suatu keputusan
penilaian atau evaluasi yang ditetapkan oleh pendidik mesti menguunakan
pengukurun.dalam halnya pembelajaran, terutma jika terlaksana dengan semestiny
tentulah dapat menyediakan data yang cukup obyektif dan tidak berprasangka bagi
penilaian.
[1]
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta : Katalog dalam terbitan , 2002) hlm. 77
[2]
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat pers, 2002) hlm.53
[3]
Ibid. hlm 60
[4]
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat pers, 2002) hlm.55
[5]
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta : Katalog dalam terbitan , 2002) hlm. 79
[6]
Dja’far Diddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung :
Citapustaka, 2006) hlm. 157
[7]
Abudin Hata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana ilmu ,
1999) hlm. 157 140
[8]Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997) hlm.
134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar