PERIODISASI DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN*
A.
Pendahuluan
Segala puji bagi Alha SWT, yang telah melimpahkan hidayah serta
karunia-Nya kepada penulis. Sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar tanpa halangan yang berarti. Sholawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta sahabat-sahabatnya,
pengikut-pengikutnya yang setia menyampaikan risalahnya sampai akhir zaman.
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang saya miliki, maka bila
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon kiranya
dapat memberikan kritik serta saran yang dapat membawa kepada kebaikan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.
H. Agus Salim Daulay M. Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembagan
Peserta Didik yang telah membimbing penulis sehingga terselesaikan makalah
sederhana ini dengan judul Periodisasi dan Ciri-ciri Perkembangan.
Mudah-mudahan atas bantuan serta bimbingan semua pihak, Allah SWT akan
membalasnya dengan pahala yang setimpal, Amin ya Rabbal Aalamin. Pada akhirnya
kepada Allah SWT penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
B.
Pengertian Periodisasi
Perkembangan
Periodisasi adalah penggambaran perkembangan anak dalam periode-periode
atau fase-fase atau masa tertentu, umtuk mempermudah memahami perkembangan
anak, meskipun diakui masing-masing anak mengalami masa perkembangan yang
berbeda satu sama lain.[1]
Walaupun perkembangan berlangsung secara berkesinambungan, terdapat
bukti bahwa pada berbagai usia ciri bawaan tertentu labih menonjol daripada
yang lain karena perkembangannya terjadi lebih cepat. Olek karena itu,
dimungkinkan untuk menandai periode utam yang ditunjukkan oleh jenis
perkembangan tertentu yang membayangi lainnya. Karena adanya variasi
individual. Bijou mengusulkan bahwa periode pada perkembangan tidak ditandai
dengan usia, tetapi dengan kejadian biologis dan perubahan dalam perilaku
seseorang.
Dengan mengetahui periode-periode tertentu, maka seseorang akan
mudah mengetaui bahkan meramalkan sifat-sifat dan kecenderungan anak dalam masa
perkembangannya. Tanpa periodisasi kita tidak bisa menyebutkan istilah bayi,
anak kecil, kanak-kanak, remaja, dewasa dan sebagainya. Jelashlah bahwa dari
segi teknis operasional, maka periodisasi perkembangan itu tidak mungkin
dihindarkan. Walaupun perpindahan dari satu periode ke periode lainnya tidak
terjadi secara tiba-tiba, melainkan terjadi sedikit demi sedikit.
Menurut Kretscmer, periodisasi perkembangan terbagi menjaji 4
periode, yaitu:
a.
Umur
0-3 tahun, seorang anak kelihatan pendek gemuk
b.
Umur
3-7 tahun, seorang anak kelihatan langsing
c.
Umur
7-13 tahun, seorang anak kelihatan pendek gemuk
d.
Umur
13-20 tahun, seorang anak terlihat langsing kembali[2]
Untuk menghasilkan kerangka yang memuaskan periodisasi yang
memuaskan periodisasi perkembangan ini, juga telah dilakukan penelitian oleh
para ahli. Dari hasil penelitian tersebut, akhirnya diketahui bahwa ternyata dasar
yang digunakan untuk mengadakan periodisasi perkembangan berbeda-beda antara
seorang dengan ahli yang lain. Tetapi secara garis besarnya periode itu ada
tiga macam, yaitu periodisasi biologis, periodisasi biologis, dan periodisasi
psikologis.[3]
C.
Fase-Fase Perkembangan
Lima periode perkembangan utama yaitu :
1.
Peroide
Pralahir (Pembuahan sampai Lahir)
Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama
terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur
tubuh.
2.
Masa
Neonatus (Lahir sampai 10-14 hari)
Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal
dari kata Yunani “Neos” yang berari “baru” dan kata kerja Latin “nascor”
yang berarti “dilahirkan”). Selama
waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnyabaru
diluar rahim ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti.
3.
Masa
Bayi (2 Minggu sampai 2 Tahun)
Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka
belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung
pada dirinya sendiri. Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka
dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri.
4.
Masa
kanak-kanak (2 Tahun sampai Masa Remaja)
Periode ini
biasanya terdiri atas dua bagian:
a.
Masa
kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”.
Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri
secara sosial.
b.
Akhir
masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14tahun pada anak
laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja
dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau
usia kelompok.
5.
Masa
Puber (11 sampai 16 Tahun)
Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira 2 tahun
meliputi akhir masa remaja. Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun
pada gadis dan dari 12 sampai 16 tahun pada laki-laki. Tubuh anak sekarang
berubah menjadi tubuh orang dewasa.[4]
Selain fase perkembangan utama diatas tersebut, ada juga beberapa
ahli yanng menjelaskan masalah tentang fase perkembangan. Antara lain:
1.
Fase
perkembangan menurut Buhler
Dalam bukunya Practishce
Kinder Psychology, 1994, Charlotte Buhler mengemukakan fase perkembangan
anak sebagai berikut:
a.
Fase
pertama (0-1 tahun)
Fase ini adalah
masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih
fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan
gerakan-gerakan anggota badan.
b.
Fase
kedua (2-4 tahun)
Fase ini
merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan
penghayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenelan pada “akunya”, dengan
bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
c.
Fase
ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa
dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki
masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan
sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar
secara objektif. Ia mulai mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan
tugas-tugasnya.
d.
Fase
keempat (9-11 tahun)
Fase ini adalah
masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertingi. Bisa
pula disebut masa menyelidik, mencoba, dan bereksprimen, yang distimulasi oleh
dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan
penimnunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksporasi. Pada fase
keempat ini, anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai
berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini, anak kerap mengasingkan diri.
e.
Fase
kelima (14-19 tahun)
Fase ini
merupakan masa tercapainya Synthese diantara sikap ke dalam batin
sendiri dengan sikap keluar pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam
kehidupannya, anak bersikap subjektif. Namun, subkektivitas kali ini dilakukan
dengan sadar. Setelah berusia 16 tahun, anak atau remaja ini mulai belajar melepas
diri dari persoalan tentang diri sediri, dan lebih mengarahkan minatnya pada
lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.
D.
Fase Berdasarkan Biologis
Fase berdasarkan biologis dimaksudkan adalah jika analisa atau
tinjauan yang digunakan dalam menentukan tahap-tahapan perkembangan lebih
menonjol aspek pertumnuhan fisik atau biologis anak. Yang merupakan titik berat pembagian
tahapan-tahapan perkembangan anak berdasarkan biologis adalah terletak pada
gejala-gejala berubahnya fisik anak, atau ditinjau dari proses biologis
tertentu pada masa tertentu.[5]
Menurut Dr. Maria Montessori, dia membagi periode perkembangan
seseorang menjadi empat periode yaitu:
a.
Usia
1-7 tahun, masa penerimaan dan pengaturanrangsangan dari luar melalui alat
indra
b.
Usia7-12
tahun, masa abstrak, diaman anak mulai memperlihatkan masalah kesusilaan, mulai
berfungsi perasaan etisnya yang bersumberdari kata hatinya. Dia mulai tahu akan
kebutuhan orang lain.
c.
Usia
12-18 tahun, masa penemuan diri serta kepusaan terhadap masalah-masalah sosial
d.
Usia
18-24 tahun, masa pendidikan diperguruan tinggi, masa untuk melatih anak
(mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir jernih
dari perbuatan tercela.[6]
E.
Fase Berdasarkan Didaktis
Fase perkembangan dedaktis adalah manakala penetapan
tahapan-tahapan perkembangan anak itu ditinjau atau analisisnya lebih menekanka
kepada masalah instruksional pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari segi materi
atau apa yang harus diajarkan kepada anak, bagainama cara mengajari/mendidik
anak, bahasa yang digunakan dalam mengajari/mendidik anak dan kemampuan anak
menerima materi pelajaran.[7]
Ada sebuah hadis yang menyatakan tentang periodisasi didakstis ini,
sebagai berikut: “Didiklah anakmu, sebab engkau bertanggung jawab atasnya; apa
yang telah engkau didikkan kepadanya? Apa yang telah engkau ajarkan padanya? ia
akan bertanggung jawab untuk berbakti dan taat kepadamu.” (Hadist Riwayat
Ibnu Umar r.a)
Menurut Jogann Amos Comenius, Penulis buku Didacta magna serta
Orbis Pretus, dia membagi perkembangan anak sebagi berikut:
a.
Scola
Materna (sekolah ibu) usia 0-6 tahun, masa
anak mengembangkan organ tubuh dan panca indra dibawah asuhan ibu
b.
Scola
Vermacula (sekolah bahasa ibu) usia 6-12
tahun, mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya di sekolah dengan
menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu)
c.
Scola
latina (sekolah bahasa latin) usia 2-18
tahun, masa mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa
asing
F.
Fase Psikologis
Fase berdasarkan psikologis berarti adalah sebuah pendapat yang
mendasari penetapan tahap-tahapn perkembangan anak lebih dititik beratkan
kepada tinjauan atau analisis perkembangan kejiwaan atau beriorentasi pada
sudut pandang psikologis.[9]
Ada sejumlah ahli yang memprakarsai pembagian semacam ini, antara
lain menurut Charlottle Buhler, dalam buku Psikologis Der Puberteitsjaran, membagi
perkembangan anak menjadi lima fase, yakni:
a.
Fase
I, umur 0-1 tahun, perkembangan sikap subjektif menuju objektif
b.
Fase
II, umur 1-4 tahun, makin meluasnya hubungan dengan benda-benda sekitarnya atau
mengenal dunia secara subjektif
c.
Fase
III, umur 4-8 tahun, masa memasukkan diri dalam masyarakat secara objektif,
adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja,
tugas serta prestasi
d.
Fase
IV, umur 8-13 tahun, munculnya minat kedunia objek sampai pada puncaknya, ia
mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar.
e.
Fase
V, umur 13-19 tahun, masa penemuan diri dan kematangan yakni Synthesa
sikap subjektif dan objektif.[10]
G.
Fase Sosiologis
Fase berdasarkan Sosiologis adalah tahapan perkembangan yang dasar
analisis atau tinjaunnya dari aspek ilmu sosial, dalam arti budaya, perlakuan
atau adat kebiasaan masyarakat (suku bangsa) tertentu terhadap tahapan
perkembanganyang dilalui oleh anak dalam kurun waktu tertentu.
Telah dijelaskan diatas bahwa perkembangan sosial merupakan suatu
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat dikatakan sebagi proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi. Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dia belum memiliki kemapuan
untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematang sosial, anak harus
belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kesempatan ini
diperoleh dari berbagai kesempatan bergaul dengan orang dilingkungannya, baik
orangtua, saudara dan teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbinngan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial atau norma-norma sosial. Proses bimbingan orangtua ini lazim
disebut sosialisasi. Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak,
karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengelaman untuk membimbing
perkembangnnya sendiri kearah kematangan.
H.
Fase berdasarkan Al-Qur’an/Hadist
Dalam Al-qur’an diuraikan bagainama Allah menciptakan manusia dari
materi dan roh. Dalam surah Al-Mu’minun (23:12-14) adalah ayat yang menjelaskan
tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan halaqah.
“Dan sesungguhnya kami telah menciptkan manusia dari suatu saripati
berasal dari tanah. Kemuadia kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan al-‘alaqah,
lalu al-‘alaqah itu kami jadikan tulang-benulang, lalu tulang-benulang itu kami
bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan ia makhluk yang lain dari yang
lain. Maka maha suci Allah pencipta yang paling baik.”
Secara biologis pertumbuhan dan perkembangan manusia digambarkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an sesuai firmannya pada surat Mu’min ayat 67 sebagai
berikut:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudia (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa) kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.”
Dari penjelasan ayat diatas bahwa proses kejadian indiidu mengalami
tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang indiidu tumbuh
menjadi anak, remaja atau dewasa yang mengarah pada proses pertumbuhan dan
perkembangan.[11]
I.
Ciri-ciri Perkembangan Pada Periode Pranatal
Fase pranata adakah peride dari pembuahan hingga kelahiran,
merupakan masa pertumbuhan dari satu sel tunggal menjadiorganism yang sempurna
dengan kemampuan otak dan perilaku yang dihasilkan lebih kurang dalam periode 9
bulan.
Perkembangan pranatal umumnya dibagi kedalam tiga periode utama,
yaitu periode germinal (zygote), embryonic, dan fetus atau
janin.
1.
Perkembangan
fisik
Periode ini
meliputi terjadinya zygote dilanjutkan dengan pembelahan sel dan
terjadinya implantation, yaitu menempelnya zygote pada dinding
uterus yang berlangsung kira-kira 10 hari setelah pembuahan. Berlangsung dari
minggu ketiga sampai kedelapan setelah pembuahan, ditandai dengan perkembangan
yang pesat pada organ dan sistem utama, yaitu pernafasan, pencernaan, dan
saraf. Setelah itu belangsung mulai bulan ketiga dan belangsung selama tujuh
bulan sampai saat kelahiran. Janin bertumbuh dengan cepat, panjngnya kira-kira
20 kali dari sebelumnya, juga sistem organ-organ dan tubuh menjadi lebih
kompleks.
Kehamilan
biasanya berlangsung selam 280 hari atau kurang lebih 40 minggu sesudah hari
pertman menstruasi terakhir.[12]
J.
Ciri-ciri Perkembangan pada Priode Natal
Seorang anak dilahirkan dala keadaan dan membutuhkan orang yang
menjaganya sehingga tumbuh menjadi besar. Pada hari-hari pertama kehidupannya,
perkembangan berlangsung dengan cepat, namun semakin tambah umur secara bertahap
kecepatan perkembangannya tambah tenang dan mapan sebelum masa pubertas tiba.
1.
Ciri-ciri
perkembangan fisik dan Motorik
Berbagai
penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir menunjukkan hasil bahwa
ternyata bayi telah memiliki kemampuan mengembangkan sistem motorik perseptual
yang tinggi, dapat melihat, mengecap, mencium bau, dan merasakan sakit, waupun
tentunya belum sempurna seperti yang dimiliki oleh anak-anak yang lenih besar
dan orang dewasa.
a.
Gigi
Saat lahir,
bayi belum memiliki gigi sehingga makanannya masih berupa cairan sampai
beberapa bulan kedepan. Pertumbuhan gigi bayi pada umumnya dimulai dengan
menggigit benda-benda di mulut, yaitu sekitar usia tiga atau emapat bulan.
Ketika anak menginjak usia 1o bukan, umumnya sudah memiliki empat gigi atas dan
empat gigi bawah. Gigi-gigi ini masih berfungsi untuk menggigit dan bukan untuk
mengunyah. Geraham yang dipakai untuk mengunyah baru akan tumbuh pada saat
berusia satu tahun.
b.
Refleks
Bayi yang baru lahir sudah mempunyai beberapa refleks dasar yang
merupakan mekanisme pertahanan hidupnya yang dibawa secara genetik. Misalnya,
saat bayi yang baru lahir dimasukkan ke air maka dengan segara ia menahan
napasnya dan mengontrasikan kerongkongannya untuk menjada air tidak masuk.
c.
Gerakan/aktivitas
bayi
Begitu bayi
lahir, secara umum langsung temapak melakukan gerakan-gerakan walaupun belum
terkoordinasi dan berarti, karena belum matangnya kondisi neurofisiologis
bayi. Gerakan bayi saat fase pranatal masih bersifat acak dan dibedakan atas
gerakan menyeluruh dan khusus.
d.
Pola
tidur Bayi
nBayi yang baru
lahir menggunakan kurang lebih dua pertiga harinya (16-17 jam sehari) untuk
tidur yang terbagi kedalam beberapa waktu, sehingga periode bayi baru lahir
disebut juga periode tidur. Makin bertambah usia, anak memiliki pola tidur yang
berbeda.[13]
2.
Ciri-ciri
perkembangan Kognitif
Pendapat yang menyatakan bahwa bayi belum mampu berpikir ternyata
tidak dapat dipertahankan. Dari berbagai penelitian tentang kemampuan kognitif
bayi dapat disimpulkan bahwa bayi sudah mampu berpikir, dapat belajar sesuatu
dan secara aktif menanggapi dan mengubah lingkungannya, walaupun tentunya masih
terbatas seperti layaknya orang dewasa.
Untuk masa bayi 0-2 tahun, perkembangan kognitifnya ada pada tahap
sensorimotorik dengan penjelasan sebagai berikut. Pada tahap ini, bayi
membentuk pemahaman tentang skitarnya dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoriknya, seperti melihat, meraba, memegang oleh
karena itu disebut sensorimotor. Pada awalnya anak belum dapat berbicara
dengan bahasa dan belum mempunyai bahasa simbol, mereka hanya memiliki pola
perilaku refleks.
a.
Perkembangan
persepsi
Dari penelitian beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan
bahwa kemampuan-kemampuan persepsi bayi berkembang lebih awal dari yang diduga
semula.
b.
Perkembangan
konsep
Walaupun lebih sulit mempelajari apa yang bayi sedang pikirkan
dibandung apa yang mereka lihat, tetapi dari riset baru disimpulkan bahwa bayi
dapat mulai berpikir jauh lebih awal dibandingkan dengan apa yang dapat
dibayangkan oleh penelitian dari Piaget. [14]
3.
Ciri-ciri
perkembangan Sosial emosional
a.
Emosi
Bayi
Beberapa saat
setelah kelahiran, bayi dapat menunjukkan minat, perasaan sedih, muak, dan
tersenyu, ekspresi marah sudah dapat muncul saat anak usia 3-4 bulan, demikian
juga rasa sedih dapat muncul saat anak usia 3-4 bulan. Rasa atakut tampak pada
usia 5-7 bulan yang diikuti dengan timbulnya rasa malu dan perilaku malu-malu.
b.
Tangisan
Menurut
Santrock, menangis adalah mekanisme penting yang dimiliki bayi baru lahir untuk
berkomunikasi dengan dunia luar. Ada tiga tangisan bayi yaitu: tangisan biasa,
tangisan marah dan tangisan kesakitan.
c.
Senyuman
bayi
Selain
tangisan, senyuman merupakan perilaku afektif komunikatif bayi yang juga
penting. Ada dua tipe senyuman pada bayi yaitu senyuman reflektif yang
merupakan senyuman yang terjadi bukan karena respons terhadap stimulus
eksternal atau rangsangan dari luar dan senyuman kedua adalah senyuman sosial,
yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus eksternal atau rangsangan dari
luar khususnya sebagai respons terhadap suatu wajah yang dia lihat.[15]
1.
Ciri-ciri
perkembangan sosial pada masa Kanak-kanak
a.
Kerjasama,
sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak
lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka
miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar
melakukannya dengan cara bekerja sama.
b.
Persaingan,
jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha
sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jikal hal itu
dieskspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan timbulnya
sosialisi yang buruk
c.
Meniru,
dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak
mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
d.
Ketergantungan,
ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih
sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial.
Anak yang berjiwa bebas berkekurangan motivasi ini.
e.
Sikap
ramah, anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan
sesuatu untuk atau bersama anak/orang lain dengan mengespresikan kasih sayang
kepada mereka.[16]
2.
Ciri-ciri
Perkembangan Emosi anak
a.
Emosi
yang kuat, anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap
situasi yang remeh maupun yang serius.
b.
Emosi
bersifat sementara, peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa dan
mengis, atau dari marah ke tersenyum atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan
akibat dari 3 faktor: membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi
terus-terang, kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena
ketidakmatangan intelektual yang terbatas dan rentang perhatian yang pendek
sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
c.
Emosi
dapat diketahui melalui gejala perilaku, anak-anak mungkin tidak memperlihatkan
reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara
tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran bicara, dan
tingkah yang gugup seperti menggigitkuku dan menghisap jempol.[17]
K.
Ciri-ciri Perkembangan Pada Priode Remaja
1. Ciri-ciri Perkembangan Fisik
Dalam ilmu
kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap
perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Secara anatomis berarti
alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya
yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi
secara sempurna.
Masa pematangan
fisik ini berjalan kurang lebih dari 2 rahun dan biasanya dihitung mulai
mentruasi (haid) pertama pada anak wanita atau sejak anak pria mengalami mimpi
basa (mngeluarkan air mani pada waktu tidur) yang pertama. Masa 2 tahun ini
dinamakan masa pubertas. Pada usia berapa persis masa puber ini dimulai sulit
ditetapkan, oleh karena cepat lambatnya menstruasi atau mimpi basah sangat
tergantung pada kondisi tubuh masing-masing individu. Jadi sangat bervariasi.
Ada anak wanita yang sudah menstruasi pada umu 9 tahun, 10 tahun dan ada juga
pada umur 17 tahun. [18]
2.
Ciri-ciri
Perkembangan Sosial Remaja
Remaja adalah
tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada
jenjang ini, kebutuhan remaja relah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial
dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam
keluarganya.
Kehidupan
sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan
emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat
tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar,
dalam menetapkan pilihan kelompok yang dikuti, didasari oleh berbagai
penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan
kemampuan. Masalah yang umum dihadapi remaja dan paling rumit adalah faktor
penyesuaian diri. Didalam proses penyesuaian
diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat, saling
pengertian akan kekurangan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan
diri atau tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan
intelektual yang tepat dan kemampuan menyeimbangkan pengendalian emosional. [19]
3. Ciri-ciri Perkembangan ditinjau dari faktor sosial Psikologis
Salah satu ciri remaja di samping tanda-tanda seksualnya adalah
perkmebangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan dengan adanya proses perubahan
dari kondisi entropy ke kondisi negen-tropy.
Entropy adalah keadaan
di mana manusia masih belum tersusun rapi. Walauun isinya sudah banya
(pengetahuan, perasaan dan sebagainya), namun isi-isi tersebut belum saling terkait
dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. isi kesadaran masih
saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kerjanya dan
menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Selama masa remaja, kondisi entropy ini secara bertahap
disusun, diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi kondisi
negative entropy atau negentropy. Kodisi Negentropy adalah
keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik., pengetahuan yang satu
terkait dengan perasaan atau sikap. Orang dalam keadaan negentropy ini
merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang
jelas, ia tidak perlu bimbang lagi untuk bisa mempunyai tanggung jawab dan
semangat kerja yang tinggi.
Friksi atau konflik-konflik dalam diri remaja yang seringkali
menimbulkan masalah itu, tergantung sekali pada keadaan masyarakat mana remaja
yang bersangkutan tinggal. Remaja yang tinggal dalam masyarakat yang menuntut
persyarata yang berat untuk menjadi dewasa, akan menjalani masa remaja ini
dalam masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas dan atau masyarakat yang
menuntut pendidikan setinggi-tingginya bagi anak-anaknya. [20]
4.
Kebutuhan
Remaja, Masalah dan Konsekuensinya
Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan
dengan berbagai pendekatan, agar dapat remaja tersebut dapat mengaktualisasikan
diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan
jati dirinya, beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok kebutuhan, yaitu:
a.
Kebutuhan
organik, yaitu makan, minum, bernapas, seks.
b.
Kebutuhan
emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak
kain
c.
Kebutuhan
berprestasi atau need of achievement yang berkembang karena didorong
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemapuan
psikofisis
d.
Kebutuhan
untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis[21]
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan
kebutuhan-kebutuhanya yang diuraikan sebagai berikut:
a.
Upaya
untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan
perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja
laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam
perubahan sikap dan prilaku yang besar, sedang di lain pihak harapan ditumpukan
pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan
pola perilaku.
b.
Seringkali
para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya.
Hanya sedikit remaja yang merasa pua dengan tubuhnya, hal ini disebabkna
pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidakserasian proporsi tubuh ini
sering menimbulkan kejengkelan, karena mereka sulit untuk mendapatkan pakaian
yang pantas, juga hal itu tampak pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya
tidak pantas.
c.
Harapan-harapan
untuk dapat berdiri sendiri dan utuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan
berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan
jenis pendidikan .
d.
Berbagai
norma dan nilai yang berlaku didalam hidup bermasyarakat merupakan masalah
tersendiri bagi remaja, sedang di pihak remaja merasa memiliki nilain dan norma
kehidupannya yang dirasa lebih sesuai.[22]
L.
Ciri-Ciri Perkembangan Pada Periode Dewasa
Pembagian
perkembangan masa dewasa ada 3, yaitu :
1. Dewasa Awal
Dewasa awal
merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam masa
remaja yang berumur dua puluhan sampai tiga puluhan. Pada masa ini seseorang
akan menghadapi dilmea antara pekerjaan dan keluarga. Berbagai masalah mulai
timbul terutama dalam perkembangan katir dan juga hubungan dalam keluarga.
Masalah yang timbul tersebut merupakan salah satu bagian dari perkembangan
sosio-emosional.
Menurut teori Erikson,
tahap dewasa awal yaitu mereka di dalam lingkungan 20-an ke 30-an. Pada tahap
ini manusia mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat. Pada
tahap juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.[23]
2. Dewasa Madya
Masa dewasa
madya adalah masa peralihan dewasa yang berawal dari masa dewasa muda yang
berusia 40-65 tahun. Pada masa dewasa madya, ada aspek-aspek tertentu yang
berkembang secara normal, aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti.
Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran.
3. Dewasa akhir
Masa dewasa
lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 keatas). Perlu
memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya
yang butuh dukungan untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab.
a. Ciri-ciri perkembangan fisik pada dewasa akhir
Perkembangan
fisik pada periode ini terlihat pada perubahan fisiologis yang bisa dikatakan
mengalami kemunduran, perubahan-perubahan biologis yang dialami pada periode
ini terlihat kemunduran yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan
terhadap kondisi psikologis.
Terdapat
sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada dewasa akhir, menurut Elida Prayitno
yaitu :
1)
Perubahan
fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi bukan pergantian dan perbaikan sel-sel
tubuh
2)
Pertumbuhan
dan reproduksi sel-sel menurun
3)
Penurunan
dorongan seks
b.
Ciri-ciri
perkembangan Psikologis pada dewasa akhir
Proses menua
(aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cendrung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada dewasa akhir.
Terdapat beberapa
gangguan psikologis pada dewasa kahir, yaitu:
1)
Gangguan
persepsi
2)
Proses
berfikir
3)
Gangguan
sensorik dan kognitif
4)
Gangguan
kesadaran
5)
Gangguan
orientasi
6)
Gangguan
daya ingat
7)
Gangguan
fungsi intelektual
M.
Kesimpulan
Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia berkembang dan tumbuh
kedalam fase-fase tertentu. Yang setiap fase-fasenya mempunyai ciri-ciri khusus
yang berkembang sesuai dengan fase yang dijalani oleh seseorang.
Setiap fase perkembangan mempunyai kelemahan dan keunggulan
masing-masing yang membawa setiap individu untuk senantiasa menyesuaikan
dirinya waktu-ke waktu berdasarkan fase yang dialaminya pada masa tertentu.
Perkembangan seseorang itu bukan hanya saja dilihat dari fisiknya
tapi psikologis, sosiologis, emosi, moral, dan sebagainya. Yang selalu
berubah-ubah karna fase yang dialami. Fase-fase perkembangan sangatlah
mempengaruhi setiap individu. Untuk itu penulis sarankan agar tetap berusaha
menyesuaikan dirinya terhadap fase-fase baru yang sedang atau yang akan datang.
N.
Daftar Kepustakaan
Daulay, Agus Salim, Psikologi
Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN Padangsidimpuan, 2015
Elizabeth B. Hurlock, Elizabeth
B. Psikologi Perkembangan,
(Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980)
Harusoetjiningsih, Christina, “Perkembangan
Anak, ( Salatiga: Prenada Media Group, 2012)
http://al-badar.net.pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 02 desember 2015
Hamdanah, Psikologi
perkembangan (Malang: Setara Press, 2009)
Sunarto & Hartono, Ny. B. Agung,
Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006
*Makalah ini ditulis utuk
memenuhi tugas individu dalam Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, Jurasan
TBI-1, Semester , Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Oleh Rina Sari Nasution,
IAIN Padangsidimpuan
[1]
Agus Salim Daulay, Psikologi Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN
Padangsidimpuan, 2015). hlm. 22
[2]
Hamdanah, Psikologi perkembangan (Malang: Setara Press, 2009). hlm. 65
[3]
Ibid. hlm 66
[4]
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978). hlm.
38
[5]
Agus Salim Daulay, Psikologi Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN
Padangsidimpuan, 2015). hlm. 29
[6]
Ahmadi, Abu, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,2005) hlm. 75
[7]
Agus Salim, Op. cit. hlm. 30
[9]
Agus Salim, Op. cit. hlm. 30
[10]
Ahmadi, Abu, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,2005) hlm. 76-77
[11]http://al-badar.net.pertumbuhan dan
perkembangan menurut Islam diakses tgl 02 desember 2015
[12]
Christina Harusoetjiningsih, “Perkembangan Anak, ( Salatiga: Prenada
Media Group, 2012). hlm. 44
[13]
Ibid. hlm. 109-114
[14]
Ibid. hlm. 140
[15]
Ibid. hlm. 147-149
[16]Elizabeth
B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978). hlm. 262
[17]
Ibid hlm. 216
[18]
Sunarto & Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 53
[19]
Ibid. hlm. 128
[20]
Ibid. hlm. 54
[21]
Ibid. hlm. 68
[22]
Ibid. hlm. 70
[23]
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 1980). hlm. 277
Tidak ada komentar:
Posting Komentar