Jumat, 04 Maret 2016

Periodisasi dan ciri-ciri Perkembangan


PERIODISASI DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN*
A.    Pendahuluan
Segala puji bagi Alha SWT, yang telah melimpahkan hidayah serta karunia-Nya kepada penulis. Sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta sahabat-sahabatnya, pengikut-pengikutnya yang setia menyampaikan risalahnya sampai akhir zaman. Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang saya miliki, maka bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon kiranya dapat memberikan kritik serta saran yang dapat membawa kepada kebaikan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Agus Salim Daulay M. Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembagan Peserta Didik yang telah membimbing penulis sehingga terselesaikan makalah sederhana ini dengan judul Periodisasi dan Ciri-ciri Perkembangan. Mudah-mudahan atas bantuan serta bimbingan semua pihak, Allah SWT akan membalasnya dengan pahala yang setimpal, Amin ya Rabbal Aalamin. Pada akhirnya kepada Allah SWT penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

B.      Pengertian Periodisasi Perkembangan
Periodisasi adalah penggambaran perkembangan anak dalam periode-periode atau fase-fase atau masa tertentu, umtuk mempermudah memahami perkembangan anak, meskipun diakui masing-masing anak mengalami masa perkembangan yang berbeda satu sama lain.[1]
Walaupun perkembangan berlangsung secara berkesinambungan, terdapat bukti bahwa pada berbagai usia ciri bawaan tertentu labih menonjol daripada yang lain karena perkembangannya terjadi lebih cepat. Olek karena itu, dimungkinkan untuk menandai periode utam yang ditunjukkan oleh jenis perkembangan tertentu yang membayangi lainnya. Karena adanya variasi individual. Bijou mengusulkan bahwa periode pada perkembangan tidak ditandai dengan usia, tetapi dengan kejadian biologis dan perubahan dalam perilaku seseorang.
Dengan mengetahui periode-periode tertentu, maka seseorang akan mudah mengetaui bahkan meramalkan sifat-sifat dan kecenderungan anak dalam masa perkembangannya. Tanpa periodisasi kita tidak bisa menyebutkan istilah bayi, anak kecil, kanak-kanak, remaja, dewasa dan sebagainya. Jelashlah bahwa dari segi teknis operasional, maka periodisasi perkembangan itu tidak mungkin dihindarkan. Walaupun perpindahan dari satu periode ke periode lainnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terjadi sedikit demi sedikit.
Menurut Kretscmer, periodisasi perkembangan terbagi menjaji 4 periode, yaitu:
a.       Umur 0-3 tahun, seorang anak kelihatan pendek gemuk
b.      Umur 3-7 tahun, seorang anak kelihatan langsing
c.       Umur 7-13 tahun, seorang anak kelihatan pendek gemuk
d.      Umur 13-20 tahun, seorang anak terlihat langsing kembali[2]
Untuk menghasilkan kerangka yang memuaskan periodisasi yang memuaskan periodisasi perkembangan ini, juga telah dilakukan penelitian oleh para ahli. Dari hasil penelitian tersebut, akhirnya diketahui bahwa ternyata dasar yang digunakan untuk mengadakan periodisasi perkembangan berbeda-beda antara seorang dengan ahli yang lain. Tetapi secara garis besarnya periode itu ada tiga macam, yaitu periodisasi biologis, periodisasi biologis, dan periodisasi psikologis.[3]
C.    Fase-Fase Perkembangan
Lima periode perkembangan utama yaitu :
1.      Peroide Pralahir (Pembuahan sampai Lahir)
Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
2.      Masa Neonatus (Lahir sampai 10-14 hari)
Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata Yunani “Neos” yang berari “baru” dan kata kerja Latin “nascor”  yang berarti “dilahirkan”). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnyabaru diluar rahim ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti.
3.      Masa Bayi (2 Minggu sampai 2 Tahun)
Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri. Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri.
4.      Masa kanak-kanak (2 Tahun sampai Masa Remaja)
Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian:
a.       Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”. Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.
b.      Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau usia kelompok.
5.      Masa Puber (11 sampai 16 Tahun)
Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira 2 tahun meliputi akhir masa remaja. Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12 sampai 16 tahun pada laki-laki. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh orang dewasa.[4]
Selain fase perkembangan utama diatas tersebut, ada juga beberapa ahli yanng menjelaskan masalah tentang fase perkembangan. Antara lain:
1.      Fase perkembangan menurut Buhler
Dalam bukunya Practishce Kinder Psychology, 1994, Charlotte Buhler mengemukakan fase perkembangan anak sebagai berikut:
a.       Fase pertama (0-1 tahun)
Fase ini adalah masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota badan.
b.      Fase kedua (2-4 tahun)
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenelan pada “akunya”, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
c.       Fase ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif. Ia mulai mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan tugas-tugasnya.
d.      Fase keempat (9-11 tahun)
Fase ini adalah masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertingi. Bisa pula disebut masa menyelidik, mencoba, dan bereksprimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimnunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksporasi. Pada fase keempat ini, anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini, anak kerap mengasingkan diri.
e.       Fase kelima (14-19 tahun)
Fase ini merupakan masa tercapainya Synthese diantara sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap keluar pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya, anak bersikap subjektif. Namun, subkektivitas kali ini dilakukan dengan sadar. Setelah berusia 16 tahun, anak atau remaja ini mulai belajar melepas diri dari persoalan tentang diri sediri, dan lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.
D.    Fase Berdasarkan Biologis
Fase berdasarkan biologis dimaksudkan adalah jika analisa atau tinjauan yang digunakan dalam menentukan tahap-tahapan perkembangan lebih menonjol aspek pertumnuhan fisik atau biologis anak.  Yang merupakan titik berat pembagian tahapan-tahapan perkembangan anak berdasarkan biologis adalah terletak pada gejala-gejala berubahnya fisik anak, atau ditinjau dari proses biologis tertentu pada masa tertentu.[5]
Menurut Dr. Maria Montessori, dia membagi periode perkembangan seseorang menjadi empat periode yaitu:
a.       Usia 1-7 tahun, masa penerimaan dan pengaturanrangsangan dari luar melalui alat indra
b.      Usia7-12 tahun, masa abstrak, diaman anak mulai memperlihatkan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan etisnya yang bersumberdari kata hatinya. Dia mulai tahu akan kebutuhan orang lain.
c.       Usia 12-18 tahun, masa penemuan diri serta kepusaan terhadap masalah-masalah sosial
d.      Usia 18-24 tahun, masa pendidikan diperguruan tinggi, masa untuk melatih anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir jernih dari perbuatan tercela.[6]
E.     Fase Berdasarkan Didaktis
Fase perkembangan dedaktis adalah manakala penetapan tahapan-tahapan perkembangan anak itu ditinjau atau analisisnya lebih menekanka kepada masalah instruksional pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari segi materi atau apa yang harus diajarkan kepada anak, bagainama cara mengajari/mendidik anak, bahasa yang digunakan dalam mengajari/mendidik anak dan kemampuan anak menerima materi pelajaran.[7]
Ada sebuah hadis yang menyatakan tentang periodisasi didakstis ini, sebagai berikut: “Didiklah anakmu, sebab engkau bertanggung jawab atasnya; apa yang telah engkau didikkan kepadanya? Apa yang telah engkau ajarkan padanya? ia akan bertanggung jawab untuk berbakti dan taat kepadamu.” (Hadist Riwayat Ibnu Umar r.a)
Menurut Jogann Amos Comenius, Penulis buku Didacta magna serta Orbis Pretus, dia membagi perkembangan anak sebagi berikut:
a.       Scola Materna (sekolah ibu) usia 0-6 tahun, masa anak mengembangkan organ tubuh dan panca indra dibawah asuhan ibu
b.      Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu) usia 6-12 tahun, mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu)
c.       Scola latina (sekolah bahasa latin) usia 2-18 tahun, masa mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing
d.      Academia (Akademik) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak usia 18-24 tahun.[8]
F.     Fase Psikologis
Fase berdasarkan psikologis berarti adalah sebuah pendapat yang mendasari penetapan tahap-tahapn perkembangan anak lebih dititik beratkan kepada tinjauan atau analisis perkembangan kejiwaan atau beriorentasi pada sudut pandang psikologis.[9]
Ada sejumlah ahli yang memprakarsai pembagian semacam ini, antara lain menurut Charlottle Buhler, dalam buku Psikologis Der Puberteitsjaran, membagi perkembangan anak menjadi lima fase, yakni:
a.       Fase I, umur 0-1 tahun, perkembangan sikap subjektif menuju objektif
b.      Fase II, umur 1-4 tahun, makin meluasnya hubungan dengan benda-benda sekitarnya atau mengenal dunia secara subjektif
c.       Fase III, umur 4-8 tahun, masa memasukkan diri dalam masyarakat secara objektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja, tugas serta prestasi
d.      Fase IV, umur 8-13 tahun, munculnya minat kedunia objek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar.
e.       Fase V, umur 13-19 tahun, masa penemuan diri dan kematangan yakni Synthesa sikap subjektif dan objektif.[10]

G.    Fase Sosiologis
Fase berdasarkan Sosiologis adalah tahapan perkembangan yang dasar analisis atau tinjaunnya dari aspek ilmu sosial, dalam arti budaya, perlakuan atau adat kebiasaan masyarakat (suku bangsa) tertentu terhadap tahapan perkembanganyang dilalui oleh anak dalam kurun waktu tertentu.
Telah dijelaskan diatas bahwa perkembangan sosial merupakan suatu pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat dikatakan sebagi proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dia belum memiliki kemapuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematang sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kesempatan ini diperoleh dari berbagai kesempatan bergaul dengan orang dilingkungannya, baik orangtua, saudara dan teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbinngan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma sosial. Proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi. Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengelaman untuk membimbing perkembangnnya sendiri kearah kematangan.
H.    Fase berdasarkan Al-Qur’an/Hadist
Dalam Al-qur’an diuraikan bagainama Allah menciptakan manusia dari materi dan roh. Dalam surah Al-Mu’minun (23:12-14) adalah ayat yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan halaqah.
“Dan sesungguhnya kami telah menciptkan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemuadia kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan al-‘alaqah, lalu al-‘alaqah itu kami jadikan tulang-benulang, lalu tulang-benulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan ia makhluk yang lain dari yang lain. Maka maha suci Allah pencipta yang paling baik.”
Secara biologis pertumbuhan dan perkembangan manusia digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sesuai firmannya pada surat Mu’min ayat 67 sebagai berikut:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudia (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa) kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.”
Dari penjelasan ayat diatas bahwa proses kejadian indiidu mengalami tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang indiidu tumbuh menjadi anak, remaja atau dewasa yang mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan.[11]
I.       Ciri-ciri Perkembangan Pada Periode Pranatal
Fase pranata adakah peride dari pembuahan hingga kelahiran, merupakan masa pertumbuhan dari satu sel tunggal menjadiorganism yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku yang dihasilkan lebih kurang dalam periode 9 bulan.
Perkembangan pranatal umumnya dibagi kedalam tiga periode utama, yaitu periode germinal (zygote), embryonic, dan fetus atau janin.
1.      Perkembangan fisik
Periode ini meliputi terjadinya zygote  dilanjutkan dengan pembelahan sel dan terjadinya implantation, yaitu menempelnya zygote pada dinding uterus yang berlangsung kira-kira 10 hari setelah pembuahan. Berlangsung dari minggu ketiga sampai kedelapan setelah pembuahan, ditandai dengan perkembangan yang pesat pada organ dan sistem utama, yaitu pernafasan, pencernaan, dan saraf. Setelah itu belangsung mulai bulan ketiga dan belangsung selama tujuh bulan sampai saat kelahiran. Janin bertumbuh dengan cepat, panjngnya kira-kira 20 kali dari sebelumnya, juga sistem organ-organ dan tubuh menjadi lebih kompleks.
Kehamilan biasanya berlangsung selam 280 hari atau kurang lebih 40 minggu sesudah hari pertman menstruasi terakhir.[12]
J.      Ciri-ciri Perkembangan pada Priode Natal
Seorang anak dilahirkan dala keadaan dan membutuhkan orang yang menjaganya sehingga tumbuh menjadi besar. Pada hari-hari pertama kehidupannya, perkembangan berlangsung dengan cepat, namun semakin tambah umur secara bertahap kecepatan perkembangannya tambah tenang dan mapan sebelum masa pubertas tiba.
1.      Ciri-ciri perkembangan fisik dan Motorik
Berbagai penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir menunjukkan hasil bahwa ternyata bayi telah memiliki kemampuan mengembangkan sistem motorik perseptual yang tinggi, dapat melihat, mengecap, mencium bau, dan merasakan sakit, waupun tentunya belum sempurna seperti yang dimiliki oleh anak-anak yang lenih besar dan orang dewasa.
a.       Gigi
Saat lahir, bayi belum memiliki gigi sehingga makanannya masih berupa cairan sampai beberapa bulan kedepan. Pertumbuhan gigi bayi pada umumnya dimulai dengan menggigit benda-benda di mulut, yaitu sekitar usia tiga atau emapat bulan. Ketika anak menginjak usia 1o bukan, umumnya sudah memiliki empat gigi atas dan empat gigi bawah. Gigi-gigi ini masih berfungsi untuk menggigit dan bukan untuk mengunyah. Geraham yang dipakai untuk mengunyah baru akan tumbuh pada saat berusia satu tahun.
b.      Refleks
Bayi yang baru lahir sudah mempunyai beberapa refleks dasar yang merupakan mekanisme pertahanan hidupnya yang dibawa secara genetik. Misalnya, saat bayi yang baru lahir dimasukkan ke air maka dengan segara ia menahan napasnya dan mengontrasikan kerongkongannya untuk menjada air tidak masuk.
c.       Gerakan/aktivitas bayi
Begitu bayi lahir, secara umum langsung temapak melakukan gerakan-gerakan walaupun belum terkoordinasi dan berarti, karena belum matangnya kondisi neurofisiologis bayi. Gerakan bayi saat fase pranatal masih bersifat acak dan dibedakan atas gerakan menyeluruh dan khusus.
d.      Pola tidur Bayi
nBayi yang baru lahir menggunakan kurang lebih dua pertiga harinya (16-17 jam sehari) untuk tidur yang terbagi kedalam beberapa waktu, sehingga periode bayi baru lahir disebut juga periode tidur. Makin bertambah usia, anak memiliki pola tidur yang berbeda.[13]
2.      Ciri-ciri perkembangan Kognitif
Pendapat yang menyatakan bahwa bayi belum mampu berpikir ternyata tidak dapat dipertahankan. Dari berbagai penelitian tentang kemampuan kognitif bayi dapat disimpulkan bahwa bayi sudah mampu berpikir, dapat belajar sesuatu dan secara aktif menanggapi dan mengubah lingkungannya, walaupun tentunya masih terbatas seperti layaknya orang dewasa.
Untuk masa bayi 0-2 tahun, perkembangan kognitifnya ada pada tahap sensorimotorik dengan penjelasan sebagai berikut. Pada tahap ini, bayi membentuk pemahaman tentang skitarnya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoriknya, seperti melihat, meraba, memegang oleh karena itu disebut sensorimotor. Pada awalnya anak belum dapat berbicara dengan bahasa dan belum mempunyai bahasa simbol, mereka hanya memiliki pola perilaku refleks.
a.       Perkembangan persepsi
Dari penelitian beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa kemampuan-kemampuan persepsi bayi berkembang lebih awal dari yang diduga semula.
b.      Perkembangan konsep
Walaupun lebih sulit mempelajari apa yang bayi sedang pikirkan dibandung apa yang mereka lihat, tetapi dari riset baru disimpulkan bahwa bayi dapat mulai berpikir jauh lebih awal dibandingkan dengan apa yang dapat dibayangkan oleh penelitian dari Piaget. [14]
3.      Ciri-ciri perkembangan Sosial emosional
a.       Emosi Bayi
Beberapa saat setelah kelahiran, bayi dapat menunjukkan minat, perasaan sedih, muak, dan tersenyu, ekspresi marah sudah dapat muncul saat anak usia 3-4 bulan, demikian juga rasa sedih dapat muncul saat anak usia 3-4 bulan. Rasa atakut tampak pada usia 5-7 bulan yang diikuti dengan timbulnya rasa malu dan perilaku malu-malu.
b.      Tangisan
Menurut Santrock, menangis adalah mekanisme penting yang dimiliki bayi baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Ada tiga tangisan bayi yaitu: tangisan biasa, tangisan marah dan tangisan kesakitan.
c.       Senyuman bayi
Selain tangisan, senyuman merupakan perilaku afektif komunikatif bayi yang juga penting. Ada dua tipe senyuman pada bayi yaitu senyuman reflektif yang merupakan senyuman yang terjadi bukan karena respons terhadap stimulus eksternal atau rangsangan dari luar dan senyuman kedua adalah senyuman sosial, yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus eksternal atau rangsangan dari luar khususnya sebagai respons terhadap suatu wajah yang dia lihat.[15]
1.      Ciri-ciri perkembangan sosial pada masa Kanak-kanak
a.       Kerjasama, sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja sama.
b.      Persaingan, jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jikal hal itu dieskspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan timbulnya sosialisi yang buruk
c.       Meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
d.      Ketergantungan, ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak yang berjiwa bebas berkekurangan motivasi ini.
e.       Sikap ramah, anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anak/orang lain dengan mengespresikan kasih sayang kepada mereka.[16]
2.      Ciri-ciri Perkembangan Emosi anak
a.       Emosi yang kuat, anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang serius.
b.      Emosi bersifat sementara, peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa dan mengis, atau dari marah ke tersenyum atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3 faktor: membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus-terang, kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan intelektual yang terbatas dan rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
c.       Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku, anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran bicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigitkuku dan menghisap jempol.[17]
K.    Ciri-ciri Perkembangan Pada Priode Remaja
1.      Ciri-ciri Perkembangan Fisik
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.  Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempurna.
Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih dari 2 rahun dan biasanya dihitung mulai mentruasi (haid) pertama pada anak wanita atau sejak anak pria mengalami mimpi basa (mngeluarkan air mani pada waktu tidur) yang pertama. Masa 2 tahun ini dinamakan masa pubertas. Pada usia berapa persis masa puber ini dimulai sulit ditetapkan, oleh karena cepat lambatnya menstruasi atau mimpi basah sangat tergantung pada kondisi tubuh masing-masing individu. Jadi sangat bervariasi. Ada anak wanita yang sudah menstruasi pada umu 9 tahun, 10 tahun dan ada juga pada umur 17 tahun. [18]
2.      Ciri-ciri Perkembangan Sosial Remaja
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja relah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar, dalam menetapkan pilihan kelompok yang dikuti, didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Masalah yang umum dihadapi remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuaian diri.  Didalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat, saling pengertian akan kekurangan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan menyeimbangkan pengendalian emosional.  [19]
3.      Ciri-ciri Perkembangan ditinjau dari faktor sosial Psikologis
Salah satu ciri remaja di samping tanda-tanda seksualnya adalah perkmebangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negen-tropy.
Entropy adalah keadaan di mana manusia masih belum tersusun rapi. Walauun isinya sudah banya (pengetahuan, perasaan dan sebagainya), namun isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. isi kesadaran masih saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kerjanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Selama masa remaja, kondisi entropy ini secara bertahap disusun, diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi kondisi negative entropy atau negentropy. Kodisi Negentropy adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik., pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap. Orang dalam keadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang jelas, ia tidak perlu bimbang lagi untuk bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Friksi atau konflik-konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan masalah itu, tergantung sekali pada keadaan masyarakat mana remaja yang bersangkutan tinggal. Remaja yang tinggal dalam masyarakat yang menuntut persyarata yang berat untuk menjadi dewasa, akan menjalani masa remaja ini dalam masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas dan atau masyarakat yang menuntut pendidikan setinggi-tingginya bagi anak-anaknya. [20]
4.      Kebutuhan Remaja, Masalah dan Konsekuensinya
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.  Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar dapat remaja tersebut dapat mengaktualisasikan diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya, beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok kebutuhan, yaitu:
a.       Kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas, seks.
b.      Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak kain
c.       Kebutuhan berprestasi atau need of achievement yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemapuan psikofisis
d.      Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis[21]
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhanya yang diuraikan sebagai berikut:
a.       Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan prilaku yang besar, sedang di lain pihak harapan ditumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b.      Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa pua dengan tubuhnya, hal ini disebabkna pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena mereka sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas, juga hal itu tampak pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya tidak pantas.
c.       Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan utuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan .
d.      Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang di pihak remaja merasa memiliki nilain dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai.[22]
L.     Ciri-Ciri Perkembangan Pada Periode Dewasa
Pembagian perkembangan masa dewasa ada 3, yaitu :
1.      Dewasa Awal
Dewasa awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam masa remaja yang berumur dua puluhan sampai tiga puluhan. Pada masa ini seseorang akan menghadapi dilmea antara pekerjaan dan keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan katir dan juga hubungan dalam keluarga. Masalah yang timbul tersebut merupakan salah satu bagian dari perkembangan sosio-emosional.
Menurut teori Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka di dalam lingkungan 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat. Pada tahap juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.[23]
2.      Dewasa Madya
Masa dewasa madya adalah masa peralihan dewasa yang berawal dari masa dewasa muda yang berusia 40-65 tahun. Pada masa dewasa madya, ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal, aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran.
3.      Dewasa akhir
Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 keatas). Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh dukungan untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab.
a.       Ciri-ciri perkembangan fisik pada dewasa akhir
Perkembangan fisik pada periode ini terlihat pada perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan-perubahan biologis yang dialami pada periode ini terlihat kemunduran yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada dewasa akhir, menurut Elida Prayitno yaitu :
1)      Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi bukan pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh
2)      Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun
3)      Penurunan dorongan seks
b.      Ciri-ciri perkembangan Psikologis pada dewasa akhir
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cendrung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada dewasa akhir.
Terdapat beberapa gangguan psikologis pada dewasa kahir, yaitu:
1)      Gangguan persepsi
2)      Proses berfikir
3)      Gangguan sensorik dan kognitif
4)      Gangguan kesadaran
5)      Gangguan orientasi
6)      Gangguan daya ingat
7)      Gangguan fungsi intelektual

M.   Kesimpulan
Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia berkembang dan tumbuh kedalam fase-fase tertentu. Yang setiap fase-fasenya mempunyai ciri-ciri khusus yang berkembang sesuai dengan fase yang dijalani oleh seseorang.
Setiap fase perkembangan mempunyai kelemahan dan keunggulan masing-masing yang membawa setiap individu untuk senantiasa menyesuaikan dirinya waktu-ke waktu berdasarkan fase yang dialaminya pada masa tertentu.
Perkembangan seseorang itu bukan hanya saja dilihat dari fisiknya tapi psikologis, sosiologis, emosi, moral, dan sebagainya. Yang selalu berubah-ubah karna fase yang dialami. Fase-fase perkembangan sangatlah mempengaruhi setiap individu. Untuk itu penulis sarankan agar tetap berusaha menyesuaikan dirinya terhadap fase-fase baru yang  sedang atau yang akan datang.

N.    Daftar Kepustakaan
Daulay, Agus Salim, Psikologi Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN Padangsidimpuan, 2015
Elizabeth B. Hurlock, Elizabeth B.  Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980)
Harusoetjiningsih, Christina, “Perkembangan Anak, ( Salatiga: Prenada Media Group, 2012)
http://al-badar.net.pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 02 desember 2015
Hamdanah, Psikologi perkembangan (Malang: Setara Press, 2009)
Sunarto & Hartono, Ny. B. Agung, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006









*Makalah ini ditulis utuk memenuhi tugas individu dalam Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, Jurasan TBI-1, Semester , Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Oleh Rina Sari Nasution, IAIN Padangsidimpuan
[1] Agus Salim Daulay, Psikologi Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN Padangsidimpuan, 2015). hlm. 22

[2] Hamdanah, Psikologi perkembangan (Malang: Setara Press, 2009). hlm. 65
[3] Ibid. hlm 66
[4] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978). hlm. 38
[5] Agus Salim Daulay, Psikologi Perkembangan, (Untuk Kalangan Sendiri, IAIN Padangsidimpuan, 2015). hlm.  29
[6] Ahmadi, Abu, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2005) hlm. 75
[7] Agus Salim, Op. cit. hlm. 30
[9] Agus Salim, Op. cit. hlm. 30
[10] Ahmadi, Abu, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2005) hlm. 76-77
[11]http://al-badar.net.pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 02 desember 2015
[12] Christina Harusoetjiningsih, “Perkembangan Anak, ( Salatiga: Prenada Media Group, 2012). hlm. 44
[13] Ibid. hlm. 109-114
[14] Ibid. hlm. 140
[15] Ibid. hlm. 147-149
[16]Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978). hlm. 262
[17] Ibid hlm. 216
[18] Sunarto & Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 53
[19] Ibid. hlm. 128
[20] Ibid. hlm. 54
[21] Ibid. hlm. 68
[22] Ibid. hlm. 70
[23] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980). hlm. 277

Tidak ada komentar:

Posting Komentar