Jumat, 04 Maret 2016

media dan metode Pendidkan Islam


ILMU PENDIDIKAN ISLAM
“ Media dan Metode Pendidikan Islam”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
                                                RINA SARI               13 340 0028
Dosen Pembimbing
Magdalena, M. Ag


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2013/2014


DAFTAR  ISI
Daftar isi         ............................................................................................    i
Pendahuluan   ............................................................................................    1
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
Pembahasan    ...........................................................................................     1
A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam      ................................    2
B.      Sumber Hukum Alquran dan Hadis        ................................    3
C.     Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam            ................................    5         
D.    Prinsip Evaluasi dalam Pendidikan Islam             ...................                
Penutup           ..........................................................................................      10
A.    Kesimpulan
B.     Saran  
Daftar  Pustaka           ..................................................................................  11












PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Evaluasi berasal dari bahasa Inggris :evaluation; yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan taqyim atau taqwim yang berasal dari kata al-Qimah yang berarti nilai (value). Jadi, secara harfiah evaluasi pendidikan yang disebut taqwim al-tarbiyah,  dapat diterjemahkan sebagai penilaian dalam bidang kependidikan, atau penilian terhadap kegiatan belajar mengajar.
            Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spritual-religius peserta didik. Karena sosok pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang bersikap religius, tetapi juga memiliki ilmu dan keterampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat atas dasar sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’ana dan Hadist.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Evaluasi ?
2.      Apa saja ayat Al-qur’an dan Hadis tentang Evalusi?
3.      Apa  Fungsi dari Evaluasi?
4.      Apa prinsip dari evaluasi?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari evaluasi
2.      Untuk mengetahui dan memahami ayat dan hadis yang berkenaaan tentang evalusi
3.      Untuk mengetahui apa saja fungsi dari Evaluasi
4.      Untuk mengetahui apa saja prinsip dari evalusi







PEMBAHASAN
A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya Pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka usaha pendidikan itu dinilai gagal. Dari sisi ini dapat difahami betapa urgennya evaluasi dalam proses kependidikan Islam.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana evalusi pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan Islam.[1]
Secara Etimilogi, “Evaluasi” berasal dari kata “to eveluate” yang berarti “menilai”. Istilah ini pada mulanya populer di kalangan para filosof. Plato, salah seorang di antara para seorang kalangan para filosof, dianggap banyak para pemikir pendidikan dewasa ini adalah orang yang pertama sekali mengemukakan dan yang “membidani” lahirnya istilah evalusi. Pada perkembangan selanjutnya istilah “evaluasi” mulai dipakai dalam berbagai disiplin ilmu tak terkecuali ilmu pendidikan.
Edwind Wand dan Berald W. Broen dalam karyanya “Essential of Education Evaluation” mengatakan ahwa evaluasi adalah “ The act or proses to determining teh value of something”. Bila pernyataan ini dihubungkan dengan evaluasi pendidikan maka daapt diartikan dengan “Totalitas tindakan atau proses yang dilakukan untuk menilai  sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.[2]
Yang di maksud evaluasi dalam Pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.
Bahan atau materi pembelajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa yang akan digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran atau indikator keberhasilan yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur ecaluasi harus dilakukan serta bentuk-bentuk atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai hasil pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu kepada bahan dan metode pembelajaran yang digunakan dan tujuan pembelajaran atau indikator keberhasilan yang telah dirumuskan.

B.     Sumber Hukum Al-Qur’an dan Hadis Tentang Evaluasi
Islam dengan sumber ajaran dan Hadist yang diperkaya penafsiran para ulama ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan. Dalam proses Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk kegiatan perbaikan pendidikan.
Sistem Evaluasi Tuhan di dalam Al-Qur;an adalah bersifat makro dan universal dengan menggunakan teknik testing mental atau psikotes, sedangkan dalam sunnah nabi Sistem eveluasi yang bersifat mikro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia termasuk nabi sendiri.
1.      Hadis Tentang Evaluasi Pendidikan
Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Beliau adalah contoh atau tauladan yang baik dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan Islam. Beliau juga melakukan pengevaluasian terhadap hukum-hukum yang ditetapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti yang terlihat pada hadist berikut ini:
Artinya; “Dulu saya melarang kamu menziarahi kubur, maka sekarang ziaraihilah; dulu saya juga melarang kamu menyimpan daging qurban lebih dari untuk tiga hari, maka sekarang simpanlah beberapa kamu suka.” (H.R. Muslim)
Makna yang terkandung dalam hadist ini adalah bahwa pada zaman jahiliyah, orang-orang terutama kaum perempuan ketika berziarah ke kuburan selalu menangis berlebihan. Bahkan mereka meratap, meraung-raung sambil berguling-guling di tanah. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang tidak baik, maka Rasulullah malarang untuk menziarahi kuburan pada saat itu. Tetapi, setelah zaman jahiliyah usai, dimana keimanan sudah kuat dan teguh  maka Rasulullah SAW mengizinkannya umai Islam untuk berziarah ke kuburan.
Rasulullah juga melarang menyimpan daging qurban untuk persedian lebih dari tiga hari, karena pada waktu itu ketika tamu-tamu  dari tempat lain datang berkunjung pada Idul Adha (saat itu merupakan tahun dimana banyak sekali orang yang masuk islam dan mereka berkunjung ke kota Madinah) konsumsinya diambil dari daging qurban tersebut, maka jika tidak dibatasi umat islam akan mengambil daging sesuka hatinya. Sehingga di khwatirkan kebutuhan konsumsi untuk tamu yang datang tidak tercukupi. Tetapi setelah tamu yang datang tidak lagi banyak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, maka Rasulullah SAW mencabut larangan tersebut. [3]
Dalam hal lain juga terjadi, ketika Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah untuk menanyakan rukun Islam, rukun iman, dan Ikhsan yang kemudian dijawab oleh Rasulullah dengan benar. Hal ini emnunjukkan bahwa Jibril pernah melakukan evaluasi terhadap apa yang diajarkannya kepada Nabi Muhammad SAW, dan Beliau beehasil menjawab evaluasi tersebut dengan nilai yang baik.

2.      Ayat Al-qur’an Tentang Evaluasi
Al-quran, sebagai dasar segala disiplin ilmu termasuk ilmu Pendidkan Islam. Hal ini dapat ditemukan dari berbagai sistem evaluasi yang ditetapkan Allah di antaranya:
a.       Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan sebagaimana yang tersirat dalam ayat yang berbunyi :
فمن يعمل مثقا ل ذرة خيرا يره
و من يعمل مثقا ل ذرة شرا ير ه
Artinya: “Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar atompun, niscaya akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa yang mengerkan kejahatan sebesar atompun niscaya akan melihat (balasan) nya. (Q.S. Al-Zalzalah/99: 7-8)
b.      Nabi Sulaiman As. Pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat:

قا ل سننظر اصد قت ا م كنت من ا لكذ بين
Artinya: “Sulaiman berkata: “ Akan kami cermati (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. (Q.S. Al-Naml/27:27)

c.       Sebagai contoh ujian (tes) yang berat kepada Nabi Ibrahim As., Allah Memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang amat dicintai. Tujuannya untuk mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan serta ketaatannya kepada Allah, seperti disebutkan di dalam fieman-Nya:
فلما ا سلما وتله للجبين
ونا د ينه ا يا بر هيم
قد صد قت ا لر ؤ يا ا نا كذ لك نجز ي المحسنين
ا ن هذ ا لهو الباؤا البين
وفد ينه بز بع عظيم
Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim mebaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami panggilah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekeor sembelihan yang besar.” (Q.S. Al- Shaffiat/38: 103-107)[4]
Allah SWT dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan Evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Hal ini, misalnya dapat dipahami dari arti ayat dibawah ini:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya ke para melaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar,” mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (Q.s al-Baqarah, 2:31-32)
Selanjutnya Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat Q.s Al-Naml, 27:27) “Berkata Sulaiman: “ akan kami liha (evaluasi) apakah kamu benar ataukah termasuk orang-orang yang berdusta.”

C.    Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidika manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan samapai akhir hayatnya.
Secara umum, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam di arahkan pada dua dimensi yaitu diamensi dialektikal horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Pada dimesi diatektikal horizontal pendidikan hendaiknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia dan alam semesta. Untuk itu akumulasi berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap mental merupakan bekal utama dan hubungannya dengan pemahaman tentanng kehidupan konkrit tersebut . sedangkan di dimensi kedua yaitu dimensi ketundukan vertikal, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan, memalihara dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan sang Pencipta, Allah SWT.
Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetui kadar pemilikan dan pemahaman  peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorif maupun afektik. Kemudian tujuan evaluasi dalam Pendidikan Islam adaalh untuk manilai pendidik , yaitu sejauh mana ia telah besungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.[5]   
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa sekurang-kurangnya ada 5(lima) fungsi evaluasi dalam  pendidikan yang secara keseluruhan selalu berpusat pada kepentingan peserta didik, yaitu: (1)sebagai insentif untuk meningkatkan belajar; (2) sebagai umpan balik bagi peserta didik; (3) sebagai umpan balik bagi pendidik; (4) sebagai informasi bagi orang tua; dan (5) sebagai informasi untuk keperluan seleksi, yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagi berikut:

1.      Insentif untuk meningkat belajar
Salah satu fungsi evaluasi untuk mendorong persta didik untuk belajar secara giat. Untuk hasil belajar yang bagu diberi nilai tinggi dan kalau mungkin hadiah-hadiah. Bagi para peserta didik tingkat Sekolah Dasar hal ini penting sekali karena atas dasar itu mereka dihargai oleh pendidik yang menjadi orangtua mereka. Bagi peserta didik sekolah Lajutan, hal itu juga penting, karena merupakan bekal untuk melanjutkan belajar ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Umpan Balik bagi Peserta Didik
Peserta didik perlu mengetahui hasil jerih payahnya, hal ini dapat diperoleh melalui hasil penilian. Dengan perkataan lain, penilian itu dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga peserta didik selalu tahu kekuatan dan kelemahannya. Dengan demkian penilaian tersebut dapat membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya ataupun potensi yang ada padanya.
3.      Umpan balik bagi Pendidik
Pendidik tidak dapat berharap bahwa proses pemelajaran yang dilaksanakannya sudah efektif atau tidak, kalau dia tidak mengetahui apakah peserta didiknya telah menangkap dan menyerap hal-hal yang penting dari bahan pelajaran yang disajikannya. Dengan jalan mengajukan pertanyaa-pertanyaan secara lisan guru dapat mengtahui seberapa  jauh dan seberapa baik peserta didik menagkap, memahami dan menyikapi pelajaran yang disajikannya.
4.      Informasi bagi Orangtua/wali
Suatu buku laporan kemajuan belajar, atau lazim disebut dengan buku “rapor” karena ia “melaporkan” informasi ini menjadi penting karena dua alasan: (a) orangtua dapat mengetahui kemajuan belajar putra-putrinya. (b) nilai dan penilaian-penilaian yang lain dapat membantu orangtua untuk memberikan informasi secara informatif.
5.      Informasi untuk Keperluan Seleksi
Apabila digunakan pendekatan sosiologis terhadap evaluasi pendidikan akan terlihat bahwa maksu dan tujuan pokok sekolah ialah mempersiapkan peserta didik untuk mengaku peranan-peranan yang terdapat di tengah-tengah masyarakat guna melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu kelak setelah selesai sekolah.[6]


Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi ditekankan pada penguasaan sikap (afektik dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi empat hal, yaitu:
1.      Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya
2.      Sikap dan Pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat
3.      Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya
4.      Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarkat, serta Khalifah Allah SWT
Seluruh yang dipaparkan diatas dapat dicapai melalui pelaksanaan evaluasi yang mengacu pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan sunnah. Sedangkan operasionalisasinya di lapangan dapat saja dilakukan melalui berbagai bentuk evaluasi, test atau non test, lisan atau tulisan, pre test atau test dan lain sebagainya.[7]

D.    Prinsip Evaluasi dalam Pendidikan Islam
1.      Prinsip Berkelanjutan
Prinsip ini dimaksudkan, bahwa evaluasi  tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan setahun, catur wulan atauperbulan. Akan tetapi harus dilakukan saat dan setiap waktu; pada saat membuka pelajaran, menyajikan pelajaran apalagi menutup pelajaran, ditambah lagi pemberian tugas yang harus diselaesaikan peserta didik. Dengan evaluasi secara kontiniu ini perkembangan anak didik dapat terkontrol dengan baik.
2.      Prinsip Universal
Prinsip ini maksudnya adalah, evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan; aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
3.      Prinsip Keikhlasan
Dalam segala hal, keikhlasan pendidik harus tercermin di segala aktivitasnya dalam mendidik. Termasuk di antaranya dalam mengevaluasi pendidikan. Guru atau pendidik yang ikhlas dalam mengevaluasi terlihat dari sikapnya yang transparan dan obyektif. Pendidikan tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak merasa bahwa dia dipersulit oleh guru.
Dalam buku lain, dijelaskan pula beberapa prinsip-prinsip Evaluasi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Yaitu penilaian yang meliputi aspek kognirif, afektif, dan psikomotorik
2.      Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dai proses belajar-mengjar
3.      Penilaian hendaknya bersifat kompararel artinya dapat dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya.
4.      Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri sehingga tidak membingungkan.[8]
Prinsip-prinp tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran islam termasuk kedalam akhlak yang mulia. Dalam ahklak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur mengatakan sesuatu dengan apa adanya.
Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seseorang yang melakuakn penilaian harus benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya. Ia tidak boleh manilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau masih meragukan. Hal ini sejalan hadist Nabi yang Artinya: “Tinggalkanlah apa yang Engkau ragu-ragukan kepada apa yang tidak engkau ragu-ragukan. Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan.(H.R.Turmudzi).





















PENUTUP
A.    Kesimpulan
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan tehnik atau cara penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spritual-religius peserta didik. Karena sosok pribadi yang diinginkan oleh Pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang bersikap religius, tetapi jug memiliki ilmu dan keterampilan yang sanggup beramal dan bernakti kepada Tuhan dan Masyarakat.
B.     Saran
Dalam mengambil suatu keputusan penilaian atau evaluasi yang ditetapkan oleh pendidik mesti menguunakan pengukurun.dalam halnya pembelajaran, terutma jika terlaksana dengan semestiny tentulah dapat menyediakan data yang cukup obyektif dan tidak berprasangka bagi penilaian.




















DAFTAR PUSTAKA
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metologi Pendidikan Islam, 2002, Jakarta:Ciputat Per
Nata Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, 1997, Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, 2002, Jakarta :Ciputat Pers
Siddik Dja’far, Konsep Ilmu Pendidikan Islam, 2006, Bandung:Cita Pustaka Media                
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, 1997, Bandung: Pustaka Setia



[1] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Katalog dalam terbitan , 2002) hlm. 77
[2] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002) hlm.53
[3] Ibid. hlm 60
[4] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002) hlm.55
[5] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Katalog dalam terbitan , 2002) hlm. 79
[6] Dja’far Diddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Citapustaka, 2006) hlm. 157
[7] Abudin Hata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana ilmu , 1999) hlm. 157 140

[8]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997) hlm. 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar