Jumat, 04 Maret 2016

Millu Atau Lingkungan Pendidikan


A. Pendahuluan
          Pendidikan merupakan  proses sosialisasi dan pembudayaan melalui interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan pribadi – pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur sosialnya.
Di sisi lain, kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, beberapa orang, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan atau materi bagi mahasiswa untuk menambah pengetatahuan serta wawasan mengenai Milliu Pendidikan. Sehingga dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang timbul seputar pembahasan Milliu Pendidikan.
Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain : Mengetahui tentang Pengertian Milliu Pendidikan, mengetahui tentang Ruang Lingkup Milliu Pendidikan, dan mengetahui Lembaga-Lembaga Pelaksana Pendidikan. Dimana semua yang dibahas dan terkait tersebut sangat penting dalam pendidikan.

B. Pengertian Milliu Pendidikan
            Milliu Pendidikan adalah salah satu komponen yang harus dibahas dalam pendidikan, karena milliu atau lingkungan mempunyai pengaruh terhadap anak sebagaimana halnya dengan komponen atau unsur lain.
            Milliu yang baik dan buruk akan berpengaruh terhadap anak, karena anak dibesarkan dan ia hidup dan juga berkembang serta berpengalaman di dalam milliu atau lingkungannya.
Yang dimaksud dengan milliu pendidikan tidak lebih dari lingkungan yang dapat mempengaruhi anak, dan ini berhubungan dengan tanggung jawab tentang pendidikan anak, maksudnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua, guru di sekolah, serta personil yang berkecimpung di lembaga-lembaga sosial dan pemimpin lainnya termasuk negara, atau siapa saja yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik.
Milliu pendidikan ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
1)      Milliu (lingkungan) alam sekitar, lingkungan ini mempengaruhi anak. Pengaruh dari lingkungan alam sekitar ini hanya merupakan pengaruh belaka tidak ada unsur tanggung jawab didalamnya. Lain halnya dengan unsur pendidik yang memiliki unsur tanggung jawab, namun demikian pengaruh lingkungan ini tidak dapat dianggap remeh.
2)      Milliu (lingkungan) manusia, ini disamping dapat mempengaruhi anak juga diharapkan agar dapat membawa dan mempengaruhinya menuju kedewasaan dan kesempurnaan , dan diharapkan pula manusia sebagai lingkungan dapat mempertanggung jawabkan pengaruhnya terhadap perkembangan anak itu sendiri.
C. Ruang Lingkup Milliu Pendidikan
            Di bawah ini akan dikemukakan secara ringkas milliu pendidikan dimaksud, yaitu rumah tangga (keluarga), sekolah dan masyarakat.
1. Lingkungan Rumah Tangga
Pada umumnya orang yang mula-mula bertanggung jawab terhadap diri anak adalah orang tua. Orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup serta pendidikan anak. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. Anak pertama kali dididik dan diasuh oleh orang tua di dalam rumah tangga, dan masyarakat rumah tangga inilah lingkungan yang pertama pula bagi pendidikan  anak. Orang tua sebagai pendidik utama adalah bahwa kelahiran anak berlatar belakang dari hubungan kedua orang tuanya, oleh sebab itu orang tua lah yang utama mendidik dan membimbing anak tersebut.[1]
Kalau ditinjau dari situasi anak, ia memiliki sifat alami yang tidak berdaya, hal ini menyebabkan ia menggantungkan diri secara mutlak kepada orang tua atau mereka yang dewasa yang ada disekelilingnya. Dengan demikian, orang tua dijadikan sebagai pendidik yang pertama dan utama. Anak pertama sekali dididik dan diasuh oleh orang tua didalam rumah tangga, dan masyarakat rumah tangga inilah lingkungan yang pertama pula bagi pendidikan anak. Orang tua sebagai pendidik utama adalah bahwa kelahiran anak berlatar belakang dari hubungan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, orang tuanyalah yang utama mendidik dan membimbing anak tersebut.
Masyarakat rumah tangga ini adalah unit terkecil dari suatu masyarakat, akan tetapi merupakan dasar dari pembentukan masyarakat luas. Di dalam rumah tangga anak dipengaruhi dan diberi pengalaman awal, dan di sinilah ia dididik untuk mengenali dirinya dan lingkungannya.
Di dalam rumah tangga, anak mendapat corak yang sesuai dengan lingkungannya. Corak tersebut akan dipertahankannya dan bahkan sampai ia berada di Sekolah sukar bagi guru untuk merubah corak tersebut. Dengan kata lain, sukar bagi guru merubah kebiasaan dan norma-norma yang dibawa anak dari rumah tangga. Di dalam jiwa anak timbul pertentangan antara situasi dan kebiasaan rumah tangga dengan kebiasaan dan situasi sekolah yang didesain sedemikian rupa. Namun demikian, karena anak adalah makhluk dinamis ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimana ia hidup.
Sikap anak di Sekolah dapat menunjukkan keadaan di rumah tangga, karena apa yang diperolehnya di rumah tangga akan diusahakannya untuk mencontoh dan menirunya. Sebagai contoh dapat dilihat tentang bahasa anak, anak tersebut akan meniru sesuatu kata yang diberikan dan dituturkan oleh orang tua atau orang lain.
Di samping itu, di rumah tangga anak sudah mulai mengenai kewibawaan, terutama dari orang tuanya. Pengaruh orang tua pada masa anak-anak menonjol sekali, sehingga apa yang dikerjakan, dikatakan dan dicontohkan kepadanya (baik dan buruk) akan dianggap anak luhur, dan harus ditiru. Pada umumnya anak lebih suka meniru daripada menerima atau mematuhi perintah. Dalam hal ini orang tua sebaiknya harus mempunyai pendidikan tentang mendidik, baik melalui pendidikan formal ataupun informal, karena sejak dalam kandungan pendidikan anak harus sudah dipertahankan.
Pada umumnya keberhasilan orang tua mendidik dan membimbing anaknya hanyalah sekedar meniru dari orang tuanya dan terkadang hanya mencoba-coba saja, mungkin berhasil dan mungkin tidak, karena ilmu mendidik orang tua pada umumnya hanyalah yang diwarisinya melalui kebiasaan-kebiasaan dari orang tuanya.
2. Lingkungan Sekolah
Tidak semua waktu dihabiskan anak di lingkungan kelurga, dan tidak semua pendidikan itu dilaksanakan di dalam keluarga terutama yng berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan, oleh sebab itu perlu dilanjutkan ke Sekolah.
Pendidikan di Sekolah merupakan bagian yang ada di dalam rumah tangga atau setidaknya merupakan lanjutan dari pendidikan di rumah tangga. Sekolah juga merupakan suatu jembatan penghubung antara kehidupan rumah tangga dengan kehidupan di masyarakat. Di Sekolah terdapat pergaulan antara anak-anak yang bermacam sifat dan karakter. Semua anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan mereka diperlakukan dengan sama pula, dalam hal ini akan tertanam prinsip demokratis, sosial dan tanggung jawab.
Di Sekolah anak mendapat bermacam-macam ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang akan membekali anak untuk masa depannya, dan di Sekolah anak berusaha pula untuk dididik agar ia menjadi manusia (anak) yang baik serta menjadi anggota masyarakat yang baik pula.
Pendidikan sebenarnya adalah pekerjaan yang sangat sulit, keadaan ini dapat dilihat kenyataannya baik di Sekolah maupun di rumah tangga. Sebagian besar tidak berhasil mendidik anak dengan sempurna, yang berhasil adalah di bidang pengajaran (penguasaan materi).
Perhatian pendidik terhadap pengajaran di Sekolah dari masa ke masa mengalami perubahan yaitu adanya gelombang dalam pendidikan dan pengajaran dalam rangka mencapai kemajuan dan keberhasilan pendidikan itu.[2] Dalam hal ini terjadi perubahan tekanan dalam pendidikan seperti apa yang tercantum dibawah ini :
a. Book Centered School
            Dalam sistem ini Sekolah mengutamakan penguasaan bahan pelajaran dari buku teks saja. Para guru hanya mengajarkan mata pelajaran semata, sedikit usaha bahkan terkadang tidak ada usaha untuk memakai bahan dari luar texbook ataupun tidak ada untuk mengadakan korelasi maupun integrasi dengan keadaan-keadaan diluar texbook.
b. Child Centered School
            Dasar-dasar pendidikan John Dewey sudah mulai mempengaruhi dunia pendidikan, umumnya di Amerika pada abad ke-20. Dasar ini mengutamakan perhatian kepada anak daripada bersifat texbook, artinya sambil memperhatikan anak dengan mendalam juga tidak mengenyampingkan penguasaan bahan pelajaran. Sekolah yang demikian ini mengutamakan perhatian terutama kepada kesibukan dalam kelas dan berkisar pada anak didik. Kebutuhan-kebutuhan anak selalu menjadi perhatian serius, kebutuhan itu merupakan titik pangkal atau permulaan dalam proses pendidikan. Persiapan-persiapan untuk hidup didalam masyarakat tidaklah dilupakan, mereka diberikan dasar-dasar kehidupan didalam masyarakat dimana nanti mereka akan menjadi anggota masyarakat.


c. Community Centered School
            Sekolah yang berpusat pada masyarakat ini terutama berkembang di Amerika pada abad ke-20. Ide ini disebabkan bahwa apabila nanti anak lepas dari Sekolah, sasaran utama adalah masyarakat. Sekolah menurut pandangan ini adalah :
1)      Sekolah harus memusatkan perhatiannya pada kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat
2)      Memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan kehidupan didalam masyarakat
3)      Mengambil dan mempergunakan sumber-sumber dan bahan-bahan yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat
4)      Mendorong anak untuk aktif kerja sama (bergotong royong) atas dasar kemanusiaan, serta memupuk dan menghargai faham demokratis.
3. Lingkungan Masyarakat
            Disamping kedua lingkungan pendidikan tersebut diatas, masyarakat juga dapat dikatakan sebagai lingkungan/milliu pendidikan, terutama apabila masyarakat tersebut berkecimpung dalam masalah pendidikan, atau setidak-tidaknya mereka menjadi contoh teladan yang dapat mempengaruhi anak.
            Sekolah berusaha membina generasi penerus dan masyarakat mempunyai tugas-tugas untuk menunjang pendidikan. Hal ini berdasarkan atas pemikiran sebagai berikut :
a.       Sekolah tidak sama dengan berekonomi, maka sekolah tidak mampu melayani dirinya dalam bidang pembiayaan dan pendanaan. Oleh sebab itu, masyarakat atau negara berkewajiban membantu dan membiayai Sekolah yang berfungsi sebagai tempat membina generasi muda dan pewaris bangsa.
b.      Masyarakat atau negara bukan hanya membiayai tapi juga bertugas untuk memilih siapa yang patut dan cocok untuk memegang jabatan pendidik dan pembimbing anak serta pemimpin masyarakat.
c.       Disamping itu masyarakat atau negara harus mengawasi jalannya pendidikan formal, agar dapat terarah sesuai dengan cita-cita masyarakat atau negara itu sendiri.
d.      Alat-alat pendidikan yang bersifat material juga harus disediakan oleh masyarakat atau negara, seperti perpustakaan, panggung pertunjukan, museum, kebun tempat rekreasi, dan sebagainya.
Uraian diatas menjelaskan peran masyarakat atau negara dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan peran tersebut maka masyarakat adalah sebagai pendidik disamping sebagai lingkungan.[3]
D. Lembaga – Lembaga Pelaksana Pendidikan
Adapun yang paling berperan melaksanakan pendidikan dalam masyarakat antara lain:
a. Yayasan-yayasan Pendidikan
            Orang tua adalah tempat bergantung bagi anak, hal ini wajar sebab anak memang masih memerlukan tempat pergantungan diri, akan tetapi bukanlah semua anak dapat menggantungkan diri kepada orang tuanya, bahkan mereka menggantungkan diri kepada orang lain (yayasan-yayasan) yang khusus diperuntukkan untuk itu. Anak yang menggantungkan diri kepada pihak lain (yayasan atau lembaga lain) disebabkan dua masalah pokok, yaitu :
1)      Akibat yang timbul dari orang tua itu sendiri, yaitu dengan terjadinya broken home. Akibat tragedi rumah tangga seperti itu akan dirasakan oleh anak, hal ini terkadang ia dididik oleh pihak laki-laki (ayah) dan terkadang dididik oleh pihak wanita (ibu) atau terkadang berpindah tangan kepada orang lain maupun yayasan-yayasan pemeliharaan anak-anak.
2)      Situasi yang diterima anak itu sendiri, seperti tuli, bisu, nakal, terlalu agresif, dan sebagainya. Keadaan tersebut menyebabkan berpindahnya pendidikan ke tangan orang lain (yayasan atau lembaga lain). Orang tua atau keluarga tidak mampu melaksanakan pendidikan kepada mereka dengan baik, oleh sebab itu memerlukan tenaga terampil ataupun yang dikhususkan untuk itu agar anak berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat.
b. Lembaga Keagamaan
            Lembaga keagamaan adalah lembaga yang mempunyai kedudukan tersendiri. Lembaga keagamaan ini mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pendidikan agama. Lembaga ini harus mendidik penganut-penganutnya agar menjadi pengikut yang patuh dan taat terhadap segala ajaran agama tersebut. Dengan pendidikan agama manusia dapat menjadi adil, kepercayaan, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Pendidikan agama ini merasa bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Lembaga ini antara lain terdapat di Pondok Pesantren, Madrasah, Masjid, Langgar, Surau, Gereja, Kuil, dan lain sebagainya.[4]
c. Perkumpulan-perkumpulan (Organisasi-organisasi)
            Perkumpulan atau organisasi yang terdapat didalam masyarakat dapat mengandung berbagai segi pendidikan. Perkumpulan yang dimaksud adalah perkumpulan yang sifatnya positif (yang mengandung nilai-nilai luhur). Perkumpulan tersebut akan dapat mendidik anak kepada berbagai pendidikan, seperti pendidikan sosial (kemasyarakatan) yang terdapat pada organisasi tolong menolong. Apabila anak diikutsertakan dalam kegiatan tersebut, maka anak akan terpengaruh dengan hal-hal yang terkandung dalam kegiatan tersebut, sehingga besar kemungkinan anak akan memiliki kepribadian sosial.
            Di bidang kesehatan terdapat pada nilai perkumpulan olahraga. Didalam perkumpulan ini dapat menjernihkan pemikiran apabila difungsikan dengan sebaik-baiknya. Demikian pula akan dapat mendidik anak menjadi seorang yang berjiwa sosial dan disiplin.
            Dalam pendidikan kesenian dan kebudayaan lainnya, anak dapat dipengaruhi oleh organisasi kesenian dan kebudayaan, seperti keindahan dan menimbulkan daya seni mencipta. Demikian pula halnya dengan organisasi lainnya.
d. Negara
            Negara mempunyai kewajiban menjaga dan meningkatkan kelangsungan hidup dari warganya, demikian pula negara berkewajiban membawa warganya ke jalan yang baik untuk mencapai tujuan hidup masyarakat yang adil, makmur, aman dan sentosa. Oleh sebab itu, negara harus menciptakan hukum, undang-undang, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya untuk warga negara itu sendiri.
            Untuk membawa warga negara ke jalan yang baik adalah dengan melalui pendidikan, maka negara berkewajiban melaksanakan pendidikan agar terwujud masyarakat dan negara yang baik. Untuk itu semua warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan agar mengabdikan dirinya untuk kepentingan negara dan bangsa tersebut.
            Dengan pendidikan, tumbuhlah kesadaran bagi masyarakat (warga negara) tentang kewajiban dan tugas yang harus dilaksanakan. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa negara juga adalah lembaga pendidikan. Sebagai realisasinya, negara dan masyarakat sama-sama memberikan fasilitas yang cukup untuk pendidikan sesuai dengan kemampuan yang ada. Bangsa memiliki kepribadian yang luhur, kecakapan yang dapat dibanggakan, warga negara yang terampil, sesuai dengan cita-cita negara itu sendiri, serta dapat manjadi contoh bagi negara lain.[5]



E. Penutup
Lingkungan merupakan aspek penting dalam proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan dalam hal ini bukan hanya terpusat pada masyarakat, melainkan juga pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyrakat itu sendiri. Ketiga ruang lingkup ini saling bergantung satu sama lain.
Keluarga merupakan media pertama seorang anak melakukan proses sosialisasi. Keluarga juga merupakan media dasar dalam pembentukan seorang anak. Sementara sekolah merupakan media kedua yang akan dilalui seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Di sekolah seorang anak akan diajari mengenai hal – hal yang belum ia ketahui.
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup.



[1] Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:FIP IKIP Yogyakarta, 1976), hlm. 19
[2] Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Malang : Almamater YPTP IKIP Malang, 1974), hlm. 175
[3] Djaka, Rangkuman Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1962), hlm. 204
[4] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm. 123
[5] Mohammad Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1980), hlm. 190

Tidak ada komentar:

Posting Komentar