Jumat, 04 Maret 2016

Sejarah Kebudayaan Islam, Tiga Kerajaan Besar


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdaa runtuh akibat serangan tentara Mongol, Kekuatan poloitik Islam mengalami kemunduran  secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol. Namun, kemalangan tidak berhenti samapai disitu. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
            Keadaan Polotik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Peradaban di masa Kerajaan Usmani ?
2.      Bagaimana Peradaban di masa Kerajaan Safawi di Persia ?
3.      Bagaimana Peradaban di masa Kerajaan Mughal di India?
4.      Apa penyebab runtuhnya ketiga kerajaan besar?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui dan memahami Peradaban di masa Kerajaan Usmani
2.      Untuk mengetahui dan memahami Peradaban di masa  Kerajaan Safawi di Persia
3.      Untuk mengetahui dan memahami Peradaban di masa Kerajaan Mughal di India
4.      Untuk mengetahui dan memahami apa saja penyebab runtuhnya ketiga kerajaan besar tersbut







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kerajaan Utsmani
a.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani
Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Cina. Dalam jangka waktu ira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persian dan Irak. Mereka masuk islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika menetap di Asia Tengah.di bawah serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M. Mereka melarikan dii kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka. Di sana, di bawah Pimpinan ertoghrul, mereka mangabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melaan Bizatinun.
Ertoghul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepmimpinann di lanjutkan oleh putranya Usman. Putra Ertoghul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1236 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Pengusa pertama adalah Usman.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika Ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentera Turki Usmani mengali kekalahan.[1]
b.      Perkembangan Peradaban pada Masa Kerajaan Utsmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemujuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:[2]
1.      Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Pusat kerajaan Turki Utsmani dipegang oleh Sultan Utsmani yang berkuasa mutlak. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu mentri yang dikenal dengan dasrazan. Di bawahnya ada gunernur (pasya) yang menguasai wilayah tertentu, dan di bawahnya lagi memerintah seorang bupati (as-sawziq atau al-alawiyah). Pada masa ini telah memiliki pemerintahan yang baik. Kekuasaan militernya pun andal. Perubahan mendasar yang dilakukan oleh Orkhan dalam menata mileter telah mampu mendogkrak kekuataan militer menjadi mesin perang yang andal. Pada masa ini muncul kelompok elit militer yang disebut janissary atau inkisyriyah, yang merupakan kekuataan penghancur dan penakluk negeri-negeri nonmuslim.
2.      Bidang Pengetahuam dan Budaya
Dengan meluasnya wilayah kerajaan utsmani terjadilah akulturasi budaya dari berbagai negara, diantaranya kebudayaan Persia, Bizantuim, dan arab. Ilmu pengetahuan yang menonjol pada masa itu adalah bidang arsitektur sehingga banyak bangunan masjid yng indah seperti masjid Al-Muhammadi, Majis Agung Sulaiman, dan Masjid Ayub al-Anshari. Masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi yang indah dan ukiran seni yang menarik.
Dalam bidang pendidikan, dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama didirikan di Izmir (1331) dengan mendatangkan Ulama dari Iran dan Mesir dibeberapa wilayah teritorial yang baru. Madrasah tingkat terendah mengajarkan nahwu (tata bahasa Arab) dan Sharaf (Sintaksis), Manthiq (Logika), Teologi, astronomi, Geometri, dan Retorika. Perguruan tingkatan tertinggi mengajarkan Hukum dan Teologi. [3]
3.      Bidang agama
Kerajaan Turki Utsmani mempunyai beberapa peranan yang sangat starategis dan penting sehingga dalam masalah pemerintahan pun diperlukan fakta dari mufti. Aliran tarikat Bektasyi banyak pengaruh di lingkungan militer, sedangkan tarikat maulawiyah banyak berpengaruh lingkungan pejabat pemerintahan.
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan Kerjaan Utsmani dalam perluasan wilayah Islam diantaranya:  (1) Kemampuan orang-orang Turki dalam starategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh Ghanimah (Harta rampasan perang). (2) sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta haya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyelenggaraan. (3) semangat jihad dan ingin menngembangkan islam. (4) Letak Istambul yang sangat strategis ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. (5) kondisi-kondisi kerajaan disekitarnya yang kacau memudahkan Kerajaan utsmani mengalahkanya. [4]
B.     Kerajaan Safawi
a.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Safawi
Kerajaan sfawi didirikan oleh Syah Ismail Safawi di Tabriz, Persia (Iran). Kerajaan safawi berdiri pada tahun 1501. Kegiatan keagaamaan kerjaan Safawi berliran Syiah. Kerajaan safawi bermula dari gerakan Tarekan Safawiyah. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Saifuddin Ardabeli (1252-1334) di Azerbaijan. Dalam perkembangannya, tarekat safawiyah beralih dari gerakan agama murni menjadi gerakan politik yang berpengaruh di Persia, Suriah, dan Anatolia.
Pada saat Tarekat Safawiyah dipimpin oleh Junaid bin Ibrahim (1447-1460), tarekat bersama pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Alaq Koyunlu dan merebut kota Tabiz. Lalu ia mendirikan Kerajaan Safawi dan mengangkat dirinya menjadi syah pertama. Syah Ismail Safawi berkuasa dari tahun 1501-1542. Dalam 10 tahun pertama masa kepemimpinannya, Ismail Safawi berhasil memperluas wilayah kerajaan hingga meliputi seluruh Persia.
Puncak kejayaan kerajaan Safawi terjadi pada saat pemerintahan Syah Abbas I (1588-1628). Syah Abbas membuka hubungan dagang dan kebudayaan dengan Eropa. Pasukan Abbas I juga berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun dengan nama Bandar Abbas. Bandar ini menghubungkan Eropa dengan Asia dalam perdagangan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. [5]
b.      Kemajuan dan Perkembangan Peradaban pada masa Kerajaan Safawi
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Safawi tidak saja di bidang politik, tetapi juga dibidang-bidang lain, seperti berikut :
1.      Ekonomi
Dikuasainya Bandar Gumrun menyebabkan perkembangan ekonomi menjadi sangant pesat dan pertaniaan juga sangat maju. Stabilitas politik kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Syafawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandara Abbas. Di samping sektor perdagangan, kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sekitar pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur.
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia di kenal sebagai bangsa yang beradaban tinggi dan berjasa  megembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Syafawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis Istora:
a.       Baha al-Din al-Syerazi generalis ilmu pengetahuan
b.      Sadr al-Din al-Syerazi seoranga filosof
c.       Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad seorang filsof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
3.      Pembangunan Fisik dan seni
Kota Isfahan menjadi kota yang indah. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 Masjid, 48 Akademi, 1802 Penginapan, dan 273 Pemandian umum.  Di ibukota tersebut berdiri juga bangunan-bangaunan, seperti Masjid Syah, Masjid Syekh Lutfullah, Istana Cehil Sutun, dan Istana Ali kapu. Kerajinan lain, seperti Permadani, Karpet, dan ukiran yang halus bercirikan Islam.
4.      Bidang Pemerintahan dan Politik
Secara administratif, stuktur pemerintahan Kerjaan Safawi dapat dibagi secara horizontal dan vertical. Secara horizontal, pembagian tersebut didassarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, sedangkan secara vertical mencakup dua jenis, yaitu istana (dargab) dab sekretatiat negara (divan atau mamalik). Aktivitas penyelenggaraan negara dipercayakepada para amir (menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Disamping itu ada lembaga lain yang tercakup dalam dewan tersebut, yaitu majelis nivis yang terdiri atas sejarawan, sekretatis pribadi syah, dan kepala Intelijen.[6]



C.    Kerajaan Mughal
a.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, diantara ketiga kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang paling muda. Awal kuasaan Islam Diwilayah India terjadi pada masa Khlaifah Al-Walid dari Dinasti Bani Umayah. Penakhlukan wilayah ini dilakukan oleh tentara bani umayah dibawah pimpinan Muhammad ibn Qosim.
Kerajaan Mughal (1526-1828) merupakan kerajaan Islam yang memerintah di anak benua India. Kerajaan mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530) pada tahun 1526. Zahiruddin Muhammad Babur merupakan cucu dari Timur Lenk, seorang pemimpin Mongol kerturunan Jengis Khan.
Zahiruddin Muhammad Babur mendirikan Kerajan Mughal setelah mengalahkan dinasti Lody yang berkuasa di India. Dalam pertempuran melawan Dinasti Lody, Zahiruddin Muhammad Babur dibantu oleh Ismail I, raja Safawi. Pada masa itu terjadi krisis pemeritahan di india, hal ini menguntungkan bagi pihak Babur.  Dengan mengerahkan Militernya akhirnya pada tahun 1525 M, berhasil menakhlukannya dan ti tahu 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Ibrahim dan Babur di Panipat, Babur berhasil memasuki kota Delhi pada tanggal 21 April 1526, sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahan dengan mendirikan Kerjaan Mughal di Delhi.
b.      Perkembangan dan kemajuan peradaban Kerajaan Mughal
Perkembangan dan kemajuan peradaban Kerajaan Mughal antara lain sebagai berikut ini :
1.      Bidang Pemerintahan
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh raja, sedangkan pemerintah daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan. Sedangkan subdistik dikepalai Faudjar atau komandan.
2.      Bidang Keagamaan
Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din –i-Ilahi yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu, tujuannya adalah stabilitas politik.


3.      Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di sektor pertanian, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Hasil pertanian yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
4.      Bidang Seni
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun India. Karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan antara lain:
a.       Istana Fatpur Sikri di Sikri, Cila dan Masjid-masjid yang indah pada masa Akbar
b.      Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore pada masa Syah Jehan
5.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa –i-Alamgiri.

D.    Kemunduran dan Kehancuran Tiga Kerajaan Islam pada abad Pertengahan
a.      Kemunduran Kerajaan Utsmani
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan Kerajaan Utsmani mengalami kemunduran. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas dan tidak diimbangi dengan penataan sistem pemerintahan yang baik.
2.      Pemberontakan tentara jenissari
3.      Penguasa yang tidak cakap
4.      Kemerosotan perekonomian Negara
5.        Stagnasi di bidang ilmu dan tekhnologi
b.      Kemunduran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, kerajaan Syafawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yang pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Syafawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Syafawi adalah:
a.       Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
b.      Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Syafawi
c.       Pasukan Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang tinggi seperti Qizilblash
d.      Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana
c.       Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa factor yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
a.       Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan Mughal sendiri.
b.      Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
c.       Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
d.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.  [7]     

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa, tiga kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16, kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Shafawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Tiga Kerajaan penting tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka pada tradisi demokratis Islam, dan membangun imperium absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum dijalankan dengan ketepatan sistematis dan birokratis. Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani Abbasiyah.
Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam kalangan keluarga kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan dan keluasan wilayah yang telah berhasil dibangun pada masa sebelumnya menjadi tidak berarti lagi karena para penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut kekuasaan dari tangan keluarganya sendiri.
Masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan Inggris di Mughal sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi istana yang pada ujungnya malah bergantung kepada Inggris. Demikian pula di Turki Usmani, sikap boros dan hidup kemewahan berbanding lurus dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami sehingga membuat kas negara berwarna merah karena tak mendapatkan ghanimah maupun wilayah baru.
Sistem politik juga sangat mempengaruhi, di Safawi misalnya kebijakan memaksakan madzhab syi’ah membuat secara politik orang-orang Sunni tidak senang dan akhirnya justru memberontak melepaskan diri dari kekuasaan Safawi dan bahkan Sunni melalui suku Afghan berhasil menguasai wilayah Safawi. Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran Turki Usmani itu sendiri karena tenyata semangat juang lagi sekuat dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak memiliki semangat seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak seperti generasi Qizilbash terdahulu.






[1] Yatin Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), hlm. 89
[2]Ibid. hlm 94
[3]Sejarah Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Ismamika) hlm. 56
[4]Ibid. hlm 58
[5]Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1981) hlm. 71
[6] Yatin Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), hlm. 101
[7]  Harjan syuhada, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta : Bumi aksara, 2008) hlm. 81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar